Kamis, 06 Oktober 2016

Dampak suatu usaha terhadap lingkungan sekitar

Assslamualaikum,wr,wb.

            Dimasa kini perkembangan kendaaan semakin pesat, baik itu motor maupun mobil, dengan semakin banyaknya kendaraan di indonesia berdampak kepada banyaknya usaha cucisteam atau jasa mencuci motor atau mobil, harga cuci kendaraan motor atau mobil pun beragam, mulai dari 10.000 hingga 100.000 tergantung dari jenis kendaraannya
          
            Namun semakin banyaknya usaha cuci steam membawa dampak negatif dan dampak positif terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu :
Dampak positif:
1.      Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
2.      Memperbaiki perekonomian.
3.      Memudahkan pemilik kendaraan untuk membersihkan kendaraanya.
Dampak negatif:

                  Banyaknya tempat cuci yang tidak memperhatikan saluran pembuangan air yang berakibat air menggenang dijalan.
2.      Jalan mudah hancur karena air yang menggenang dijalan.
3.      Saluran air ( got ) menjadi dangkal akibat kotoran dari kendaraan yang dicuci
4.      Suara yang cukup bising dari pompa mesin cuci.

Seharusnya pemerintah menegur para pemilik usaha cucisteam yang tidak memiliki saluran pembuangan yang baik, karena hal tersebut berdampak buruk bagi lingkungan sekitar, dan dapat menyebabkan banjir. Mungkin cukup sekian, semoga tulisan ini dapat bermanfaat.





Jumat, 27 Mei 2016

Pengertian Budaya Lokal

Pengertian dan Definisi Kebudayaan LokalBudaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat.

Indonesia terdiri atas 34 provinsi, karena itu memiliki banyak kekayaan budaya. Kekayaan budaya tersebut dapat menjadi aset negara yang bermanfaat untuk memperkenalkan Indonesia ke dunia luar, salah satu di antaranya adalah Candi Borobudur.

Candi Borobudur

Pada tahun 824 M, Candi Borobudur didirikan oleh raja dari Wangsa Syailendra bernama Samaratungga. Hal tersebut tertulis pada prasasti Karangtengah dan prasasti Kahulunan. Putri Samaratungga yang bernama Ratu Pramodawardhani yang akhirnya menyelesaikan candi tersebut. Representasi alam semesta terdapat pada candi tersebut. Terdapat tiga bagian penting agama Buddha yang terpatri pada bangunan tersebut. Tiga bagian penting tersebut adalah:

Definisi Kebudayaan Lokal
a. Kamadhatu
b. Rupadhatu
c. Arupadhatu

Kamadhatu melambangkan kaki. Hal ini adalah representasi dari dunia yang penuh dengan kama atau nafsu (keinginan) manusia. Rupadhatu melambangkan dunia yang masih terikat dengan rupa dan bentuk meskipun tidak mampu melepaskan dari hawa nafsu. Dunia ini adalah ”alam antara” yang membatasi Kamadhatu ’alam bawah’ dengan Rupadhatu ’alam atas’.

Sementara itu, Arupadhatu melambangkan tempat bersemayamnya para Buddha yang berada di alam atas. Pada alam tersebut kebebasan akan hawa dunia yang masih mementingkan bentuk dan rupa telah tercapai. Kebebasan tersebut dilambangkan dengan tidak adanya relief sebagai tempat lenyapnya nafsu dunia.

Relief ada jika disambung dapat mencapai panjang 2.900 m (hampir mencapai 3 km) dengan 1.460 adegan dan relief dekoratif (hiasan) sebanyak 1.212 buah. Candi Borobudur memiliki 505 buah arca. Itulah salah satu dari 7 keajaiban dunia.

Setiap daerah tentu mempunyai kebudayaan sendiri. Jika berasal dari daerah Jawa, kamu mengenal beberapa tarian, lagu daerah, pakaian daerah, bahasa daerah, dan lain-lain dari daerah kamu berasal. Namun, ternyata daerah Jawa juga memiliki kekayaan budaya yang berbeda. Coba perhatikan, daerah Yogyakarta dan Surakarta adalah dua daerah yang saling berdekatan. Namun, memiliki motif kain yang berbeda.

Motif kain gaya Surakarta memiliki latar warna cokelat, sedangkan motif kain gaya Yogyakarta memiliki motif dengan latar kain berwarna putih. Hal tersebut dikarenakan keduanya melalui proses pembuatan yang berbeda. Kain gaya Surakarta sebelum dibatik, diketel terlebih dahulu hingga kain memiliki latar warna cokelat. Sementara itu, kain yang bergaya Yogyakarta dikemplong terlebih dahulu.

Dikemplong adalah proses yang dilakukan sebelum dibatik. Kain mori dipukul-pukul terlebih dahulu dengan palu yang terbuat dari kayu, setelah itu pola digambar dengan menggunakan pensil, dan dilanjutkan dengan pembatikan dengan menggunakan malam (lilin). Begitu pun juga dengan Bali yang mempunyai kekhasan kain baik sendiri.

Adat pernikahan secara tradisional adalah salah satu bentuk budaya lokal pula. Oleh karena itu, jika ada sepasang pengantin yang berasal dari daerah yang berlainan, seringkali mengenakan busana tradisional pernikahan bergantian sesuai dengan busana daerah masing-masing mempelai. Demikian pula acara tradisi upacara pernikahan diadakan dua kali, disesuaikan dengan upacara adat masing-masing mempelai.

Bentuk lain dari budaya lokal adalah tarian tradisional. Tarian tradisional di Indonesia awalnya dipertunjukkan untuk peristiwa tertentu seperti panen, kelahiran, pemakaman, dan pernikahan. Saat ini tradisi tersebut ada yang mengalami pergeseran, tarian dipertunjukkan untuk acara komersial. Namun demikian, hal tersebut dapat menjadi salah satu sarana untuk melestarikan budaya lokal, bahkan untuk memperkenalkan budaya lokal ke tingkat yang lebih halus.

Bahasa daerah juga salah satu bentuk budaya lokal. Isitilah-istilah yang berasal dari bahasa daerah sesungguhnya dapat menjadi suatu kontrol sosial bagi masyarakatnya. Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya di dalam buku ini.

Bentuk budaya lokal yang lain adalah mitos. Mitos adalah suatu cerita suci berupa simbol yang mengisahkan peristiwa nyata atau imajiner mengenai perubahan alam dan asal usul jagat raya, dewa-dewi, atau kepahlawanan seseorang. Beberapa bentuk budaya lokal lain di antaranya adalah pakaian tradisional, folklor, musik tradisional, olahraga tradisional, permainan anak tradisional, kerajinan tangan, dan lain-lain.

Menurut James Danandjaja (dalam Sulastrin Sutrisno, 1985:460), folklor adalah sebagian kebudayaan Indonesia yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun secara tradisional. Tradisi ini bisa berbeda-beda versinya baik dalam bentuk lisan, perbuatan, maupun alat-alat pembantu pengingat.

Kebudayaan Indonesia yang berbentuk folklor memiliki ciri-ciri khusus antara lain sebagai berikut: bersifat lisan, bersifat tradisional, versinya berbeda-beda, cenderung mempunyai bentuk berumus atau berpola, tidak diketahui siapa penciptanya, mempunyai fungsi dalam kehidupan kolektif yang memilikinya, berifat pralogis, menjadi hak milik bersama, dan bersifat polos atau spontan.

Secara garis besar folklor dikelompokkan menjadi tiga antara lain sebagai berikut (dikutip dari James Danandjaya, 1984).
 
a. Folklor Lisan

Yang tergabung ke dalam folklor lisan antara lain sebagai berikut.

1) Bahasa rakyat seperti logat, julukan, gelar, bahasa rahasia, dan sebagainya.
2) Ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, dan sebagainya.
3) Pertanyaan tradisional seperti teka-teki, cangkriman, dan sebagainya.
4) Puisi rakyat seperti pantun, syair, bidal, pemeo, dan lain-lain.
5) Cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dongeng, dan sebagainya.
6) Nyanyian rakyat
 
b. Folklor Sebagian Lisan

Yang tergabung dalam folklor sebagian lisan antara lain sebagai berikut.

1) Kepercayaan atau takhayul
2) Permainan dan hiburan rakyat
3) Teater rakyat seperti wayang orang (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur), lenong (Jakarta), arja (Bali)
4) Adat kebiasaan seperti khitanan, gotong royong, dan lain-lain.
5) Upacara-upacara yang dilaksanakan dalam siklus hidup manusia
6) Tari rakyat seperti Srimpi (Jawa Tengah), tari Tor-tor (Batak), tari doger (Jakarta).
7) Pesta rakyat seperti selamatan.
 
c. Folklor Bukan Lisan

Folklor bukan lisan lain sebagai berikut.

1) Arsitektur seperti bentuk rumah adat dan lumbung padi
2) Hasil kerajinan rakyat seperti batik, patung, keris
3) Pakaian dan perhiasan seperti pakaian adat
4) Obat-obatan rakyat seperti jamu tradisional
5) Makanan dan minuman tradisional seperti rendang Padang, gudeg Yogyakarta
6) Alat musik tradisional seperti angklung, gamelan
7) Peralatan dan senjata seperti alat-alat rumah tangga, senjata untuk berburu
8) Mainan seperti boneka, alat musik, dan lain-lain.

Dalam sebuah folklor biasanya terkandung nilai, petuah, nasihat, dan pelajaran yang bisa dijadikan cermin bagi orang yang membaca atau mendengarnya.

Demikianlah Materi Pengertian dan Definisi Kebudayaan Lokal, semoga bermanfaat.
sumber : http://www.cpuik.com/2013/08/pengertian-dan-definisi-kebudayaan-lokal.html


Las Listrik

Pengertian Pengelasan dan Las Listrik
Las busur listrik umumnya disebut las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil

1.Pengertian pengelasan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom.Sebelum atom-atom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida.Berdasarkan klasifikasinya pengelasan di bagi dalam 2 kelas utama yaitu:
1.      Pengelasan cair: cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar.
2.      Pengelasan tekan: cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan kemudian ditekan hingga menjadi satu

2. Las busur listrik
 Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas.Jadi sumber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja.Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus listrik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair, setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan.
a.Penggolongan macam proses las listrik
§  Las listrik dengan elektroda karbon, misalnya:
1.      Las listrik dengan elektroda karbon tunggal
2.      Las listrik dengan elektroda karbon ganda

§  Las listrik dengan elektroda logam, misalnya:
1.      Las listrik dengan elektroda berselaput
2.      Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas)
3.      Las Listrik Submerged

Busur listrik yang terjadi diantara ujung elek­troda karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas.Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda de­ngan fluksi atau elektroda yang berselaput fluksi. 
C. Jenis – jenis proses pengelasan
 A. Las Oksi-Asetilin
Pengelasan dengan oksi – asetilin adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyam bungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam. Untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu pengaturan campuran gas yang dibakar. Jika jumlah gas O2 di tambah maka akan dihasilkan suhu yang sangat tinggi, lebih tinggi dari pada suhu lebur baja atau metal lainnya sehingga dalam waktu sekejap mampu mencairkan logam tersebut yang cukup tebal. Pemakaian jenis las ini misalnya untuk keperluan pengelasan produksi, kerja lapangan dan reparasi. Umumnya las asetilin sangat baik untuk mengelas baja karbon, terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa berdinding tipis. Pada umumnya semua jenis logam fero dan non fero dapat dilas dengan las jenis lain, baik dengan fluks maupun tanpa fluks.
Peralatan Las OAW :
1.      Oksigen
Penggunaan oksigen yang diambil dari udara bebas kurang efisien, karena kandungan oksigen lebih rendah dibanding komposisi gas lain. Untuk mengefisiensikan penggunaannya, oksigen perlu disediakan dalam keadaan siap pakai dan mempunyai kemurnian yang tinggi.

a.Tabung oksigen
Tabung oksigen adalah suatu silinder atau botol yang terbuat dari bahan baja yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas  oksigen dengan tekanan kerja tertentu. Tabung oksigen biasanya berwarna biru atau hitam mempunyai katup atau pembuka katup berupa roda tangan dan baut serta mur pengikatnya adalah ulir kanan. Pada bagian atas ada dudukan untuk memasang regulator. Gas yang terdapat dalam tabung baja ini mempunyai tekanan yang cukup
besar dan dalam satu tabung terdapat 40 liter atau 60 liter gas oksigen. Penyimpanan gas oksigen dalam tabung-tabung baja dibagi ke dalam kelas-kelas yaitu kelas medium dengan tekanan sampai 15 kg/cm dan kelas tekanan tinggi dengan tekanan kerja hingga 165 kg/cm.
2.      Asetilin
Asetilin diperoleh lewat reaksi kimia dalam bentuk gas. Karena berbentuk gas, maka asetilin memerlukan perlakuan khusus, terutama dalam penyimpanan dan penggunaannya. Agar lebih fleksibel dalam penggunaanya gas asetilin disimpan dalam tabung, yang dapat dipindah dan mudah penggunaanya.
a.Tabung Asetilin
Tabung asetilin adalah silinder atau botol yang terbuat dari bahan baja yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas asetilin dengan tekanan kerja tertentu. Didalam tabung asetilin terdapat beberapa alat misalnya bahan berpori seperti kapas sutra tiruan atau asbes yang berfungsi sebagai penyerap aseton, yaitu bahan agar asetilin dapat larut dengan baik dan aman di bawah pengaruh tekanan. Sistem penyimpanan asetilin dalam tabung asetilin relatif aman jika tidak terjadi kebocoran atau tidak terkena suhu yang tinggi. Untuk mengantisipasi bahaya yang timbul, maka pada bagian bawah tabung diberi sumbat pengaman atau sumbat lebur. Sumbat pengaman akan meleleh dan lubang yang disumbat akan bocor bila sumbat pengaman bersuhu 100derajat Celcius. Jika botol mempunyai suhu yang berlebihan maka sumbat akan meleleh dan gas asetilin akan keluar silinder sebelum tabung meledak. Panas tabung asetilin juga dapat disebabkan oleh proses pengeluaran atau
penggunaan gas asetilin berlebihan. Setiap pengeluaran gas asetilin botol bertambah panas, maka pengeluaran gas tidak boleh lebih dari 750 liter tiap jam. Seperti tabung oksigen tabung ini berisi 40 sampai 60 liter gas asetilin, tetapi bentuknya pendek dan gemuk, biasanya berwarna merah, tekanan isinya sampai 15 kg / cm. 
3.      Berdasarkan Panas Listrik
§  SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung dengan mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan. Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang dipakai berkisar 80 – 200 Ampere.
§  SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan dengan busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks tersebut
§  ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk / slag cukup tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas tempraturnya mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C
§  SW (Stud Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau “ Shear Connector “
§  ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada pagar kawat
§  EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman elektron, suatu pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan ini dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya oksidasi atau kontaminasi
§   
4.      Berdasarkan Panas Listrik dan Gas
§  GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active Gas) dan MAG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di–las dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non besi dan gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau Argon (Ar)
§  GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram, sedangkan bahan penambahnyyadigunakan bahan yang sama atau sejenis dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni
§  FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama dengan proses pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan Karbon dioxida CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan pengelasan biasa disebut dengan super anemo
§  PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang sejenis dengan GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous dengan derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat menampung tempratur diatas 5000°C

5.      Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan Campuran Gas
OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las karbid / las otogen. Panas yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan zat asam atau Oksigen (O2). Ada juga yang sejenis las ini dan memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti acetylene. Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas hidrogen (H) dan zat asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen Welding)

6.      Berdasarkan Ledakan dan reaksi isotermis
EXW (Explosion Welding) adalah las yang sumber panasnya didapatkan dengan meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu mold/cetakan pada bagian tersebut dan mengisi cetakan yang tersedia. Cara ini sangat praktis untuk menyambung kawat baja / wire rope, slenk. Cara pelaksanaannya adalah ujung-ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam mold yang telah terisi amunisi selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan dengan pemantik api, maka terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat cepat sehingga menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga terjadilah ledakan. Ledakan tersebut mencairkan kedua ujung kawat baja yang terdapat didalam mold tadi, sehingga cairan metal terpadu dan mengisi ruangan yang tersedia didalam mold.
D.  Alat – alat bantu las:
1.      Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
§  kabel elektroda
§  kabel massa
§  kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda. Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya terdapat pada pe­sawat las AC atau AC – DC.
2.      2.      Pemegang Elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda. Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
3.      3.Palu Las
Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan me­ngeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan memukul­kan atau menggoreskan pada daerah las.
Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya.
4.      4Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
§  Membersihkan benda kerja yang akan dilas
§  Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
5.      Klem Massa
Klem massa edalah suatu alat untuk menghu­bungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang kuat.
Yang dapat menjepit benda kerja dengan baik
Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat, minyak.

E. Alat – alat kerja
1.      Mesin las listrik
Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang  diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung listrik las.Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari motor bensin atau diesel gardu induk tegangan pada mesin las listrik biasanya:110 volt 220 volt 380 volt.Antara jaringan dengan mesin las pada bengkel terdapat saklarpemutus.Mesin las digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik.Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa dijepitkan ke benda kerja.Jenis-jenis mesin las las listrik terbagi atas :

1)Transformator arus bolak-balik (AC)
Macam-macam pesawat las ini seperti transfor­mator las, pembangkit listrik motor diesel atau motor ben­sin.Transformator las yang kebanyakan digunakan di industri-industri mempunyai kapasitas 200 sampai 500 amper.Pesawat las ini sangat banyak dipakai karena biaya operasinya yang rendah disamping harganya yang relatif murah.Voltase keluar dari pesawat transformator ini antara 38 sampai 70 volt.
Keuntungan-keuntungan mesin las AC antara lain :
Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya keropos pada rigi-rigi las dan perlengkapan dan perawatan lebih murah.
2)Rectifier arus searah (DC)
Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus listrik searah (DC)keluar.Pada mesin AC, kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.

3)Mesin las AC-DC
Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah.Dengan, pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya karena arus yang keluar dapat arus searah maupun arus bolak-­balik.Pesawat las jenis ini misalnya transformator-rectifier maupun pembangkit listrik motor diesel.
Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain :
Busur nyala stabil, dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut, dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP, dan dapat dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit.

Menentukan besarnya arus listrik

Besar arus dan tegangan listrik yang digunakan dalam pengelasan harus diatur sesuai kebutuhan. Daya yang dibutuhkan untuk pengelasan tergantung dari besarnya arus dan tegangan listrik yang digunakan. Tidak ada aturan pasti besar tegangan listrik pada mesin las yang digunakan.Hal ini berhubungan dengan keselamatan kerja operator las tubuh manusia tidak akan mampu menahan arus listrik dengan tegangan yang tinggi.
Tegangan listrik yang digunakan pada mesin las (tegangan pada ujung terminal) berkisar 55 volt sampai 85 volt. Tegangan ini disebut sebagai tegangan pembakaran. Bila nyala busur listrik sudah terjadi maka tegangan turun menjadi 20 volt sampai 40 volt. Tegangan ini disebut dengan tegangan kerja. Besar kecilnya tegangan kerja yang terjadi tergantung dari besar kecilnya diameter elektroda. Semakin besar arus yang terjadi.
Dengan alasan diatas maka pada mesin las pengaturan yang dilakukan hanya besar arusnya saja. Pengaturan besar kecilnya arus dilakukan dengan cara memutar tombol pengatur arus. Besar arus yang digunakan dapat dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh amperemeter (alat untuk mengukur besar arus listrik) yang terletak pada mesin las. Pada masing-masing las, arus minimum dan arus maksimum yang dapat dicapai berbeda-beda, pada umunya berkisar 100 ampere sampai 600 ampere. Pemilihan besar arus listrik tergantung dari beberapa faktor, antara lain: diameter elektroda yang digunakan, tebal benda kerja, jenis elektroda yang digunakan, polaritas kutub -kutubnya dan posisi pengelasan.

Pengaruh arus listrik pada hasil las

Bila arus terlalu rendah (kecil), akan menyebabkan:
1.     Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil,
2.     Terlalu banyak tumpukan logam las karena panas yang terjadi tidak mampu melebihkan elektroda dan bahan bakar dengan baik,
3.     Penembusaun kurang baik,
4.     Pinggiran-pinggiran dingin.

Pengaruh kecepatan elektroda pada hasil las]

Untuk menghasilkan rigi–rigi las yang rata dan halus, kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil. Apabila elektroda di gerakkan:
1.     Tepat dan stabil, menghasilkan daerah perpaduan dengan bahan dasar dan perembesan luasnya baik.
2.     Terlalu cepat, menghasilkan perembesan las yang dangkal karena pemanasan bahan bakar dasar
3.     Terlalu lambat, menghasilkan alur yang lebar (lihat gambar). Hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar yang dilas tipis.

Alat-alat Keselamatan Kerja Saat Menggunakan Las Listrik

Sarung Tangan (Welding Gloves)
Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit elektroda atau peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu dipakai agar tangan tidak tidak terkena percikkan bunga api atau benda panas yang dilas.
Helm/topeng Las
Helm/topeng las melindungi mata dari pancaran busur listrik berupa sinar ultra violet dan infra merah yang menyala terang dan kuat. Sinar las ini tidak boleh dilihat secara langsung dengan mata telanjang sampai jarak 15 meter. Selain itu bentuk helm/topeng las yang menutup muka berguna melindungi kulit muka dari percikkan api busur listrik dan asap gas dari proses peleburan elektroda pada las listrik.
Alat keselamatan kerja ini memiliki 3 lapisan kaca, yang terdiri dari satu kaca las khusus yang diapit oleh 2 kaca bening.  kaca bening berfungsi melindungi kaca khusus tersebut agar tidak mudah rusak dan pecah.
Kaca las memiliki klasifikasi berbeda berdasarkan besar arus listrik yang dapat diatur pada mesin lasnya,
·         Kaca las no.6 dipakai untuk las titik (tack weld)
·         Kaca las no.6 dan no. 7 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere
·         Kaca las no.8 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere – 75 Ampere
·         Kaca las no.10 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 75 ampere – 200 Ampere
·         Kaca las no.12 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 200 Ampere – 400 Ampere
·         Kaca las no.14 dipakai untuk pengelasan menggunakan arus sebesar diatas 400 Ampere.
Pakaian kerja (Apron)
Pakaian kerja berguna melindungi badan dari percikan bunga api. Apron terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar . Apron terdiri dari apron lengan dan apron dada.
Sarung Tangan (Welding Gloves)
Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit elektroda atau peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu dipakai agar tangan tidak tidak terkena percikkan bunga api atau benda panas yang dilas.
Sepatu Las
Karakteristik sepatu las sangat berbeda dengan sepatu biasa pada umumnya. Sepatu las yang baik adalah yang terbuat dari bahan kulit dan diujungnya terdapat besi plat pelindung. Ini berguna untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda kerja yang biasanya besi keras, berat, dan mungkin tajam.
Maskers
Berguna untuk menutup mulut dan hidung dari asap yang ditimbilkan oleh mencairnya fluks pada elektroda.
Alat keselamatan kerja las listrik hanyalah salah satu bagian dari sistem keamanan dan keselamatan kerja. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran dalam mematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan keberhasilan pekerjaan.

Cara menggunakan las listrik (arc welder)

Sebenarnya ada banyak jenis las listrik, tapi umumnya ini yang banyak digunakan di indonesia. Jenis las seperti gambar disamping ini adalah arc welder, yaitu mesin las dengan elektroda sebagai bahan pengisi. Alat las jenis ini sulit untuk digunakan pada pengelasan besi tipis. Dengan alat las model ini kamu sudah bisa membuat pagar/kanopi sendiri!

CARA MEMASANG DAN MENGGUNAKAN ALAT LAS LISTRIK:

§  Pasang clamp massa pada terminal (-) dan tang pemegang elektroda pada terminal (+).
§  Pilih ampere sesuai benda kerja yang akan dilas. Semakin besar ampere semakin besar juga panas yang dihasilkan yang membuat benda kerja mudah bolong.
§  Jeping elektroda pada tang.
§  Sebelum mengelas gunakanlah kacamata las yang sesuai karena sinar ultraviolet sangat berbahaya untuk mata. Kacamata las yang benar sangat gelap dan kita tidak bisa melihat apapun keculai sinar ultraviolet. Workshop Pakeotac menggunakan helm las dengan model autodarkening sehingga kacamata akan otomatis berubah menjadi gelap apabila ada cahaya terang saja.
§  Selanjutnya jepit tang massa pada objek yang akan dilas/sambung.
§  Letakan elektroda pada objek untuk memulai pengelasan. Pertama-tama mungkin sulit untuk mendapatkan hasil pengelasan yang bagus, tetapi dengan belajar terus kita akan semakin mahir dan menjadi terbiasa.
§  Biasanya saat membeli alat las, kita diberikan alat dengan besi di bagian ujung dan sikat pada bagian belakang, alat itu berguna untuk memecahkan flux yang membungkus hasil pengelasan, ketok dan sikat untuk mendapat hasil las yang rapi dan bersih.