Jumat, 19 Oktober 2018

K3 Dalam Bidang Perakitan Kendaraan


BAB I
1.1 Bagian Pekerjaan
a. Dies Manufacturing Department (DMD)
Bagian ini adalah bagian yang memproduksi cetakan-cetakan yang digunakan untuk mencetak komponen mesin seperti kepala silinder, blok silinder dan lain-lain. Bahan yang digunakan untuk membuat cetakan tersebut biasanya menggunakan pasir cetak, yaitu pasir khusus yang digunakan untuk mencetak logam cair menjadi komponen mesin.
b. Die Casting
Die casting adalah bagian yang mencetak komponen mesin, dari bahan yang tadinya berupa campuran logam khusus yang masih berbentuk cair kemudian dimasukkan ke cetakan yang sudah disediakan. Cetakan tersebut dibuat oleh bagian DMD yang dikirimkan ke bagian die casting untuk mencetak komponen mesin. Didalam bagian die casting ini terdapat tempat peleburan dan pencampuran logam khusus sebagai bahan pembuatan komponen mesin. Tak heran jika di bagian ini memiliki temperatur yang cukup panas.
c. Machining
Machining adalah bagian yang bertugas untuk melakukan finishing dari komponen mesin yang sudah dicetak oleh bagian die casting. Finishing yang dimaksud adalah membuat komponen agar memiliki bentuk yang sesuai dengan ketentuannya. Pada bagian ini biasanya menggunakan mesin bubut CNC untuk membentuk komponen. Setelah selesai dibentuk, komponen tersebut dirapikan agar lebih rapi dan presisi menggunakan mesin otomatis atau secara manual menggunakan alat khusus seperti gerinda, kikir atau ampelas. 


d. Painting (Pengecatan)
Seperti namanya, bagian ini bertugas melakukan pengecatan komponen baik itu komponen berupa logam atau plastik. Bagian painting ini terbagi menjadi dua divisi, yaitu Painting Steel  dan Painting Plastik. Painting Steel bertugas untuk mengecat komponen yang memiliki bahan logam seperti komponen mesin, rangka, dan bodi kendaraan. Painting Plastik juga memiliki tugas yang sama namun bedanya komponen yang dicat terbuat dari plastik. Tujuan dari pembagian divisi painting ini adalah karena kedua bahan tersebut yaitu logam dan plastik memiliki perlakuan khusus yang berbeda, baik itu dari cara kerja maupun bahan yang digunakan untuk pengecatan. Jika tidak dibagi menjadi dua divisi maka pasti akan terjadi ketidakteraturan yang dapat berakibat fatal seperti kesalahan proses, kecelakaan kerja bahkan kebakaran. Karena pada bagian painting ini banyak menggunakan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti cat dan thiner sebagai bahan pengencer atau pengemulsi cat agar tidak menggumpal.
e. Plastic Injection
Bagian ini bertugas untuk mencetak komponen yang berbahan plastik. Proses pencetakannya yaitu menggunakan metode injeksi dengan menggunakan alat khusus. Bahan dasarnya yaitu menggunakan bijih plastik yang telah dilebur atau dilelehkan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pencetakan komponen. Setelah komponen selesai dicetak, proses selanjutnya yaitu merapikan sisa-sia proses pencetakan sengan membuang bagian-bagian yang tidak diperlukan. Setelah itu baru komponen tersebut dibawa ke bagian painting plastic untuk dilakukan pengecatan atau bisa juga langsung dibawa ke bagian assembling untuk dirakit.
f. Welding
Bagian welding merupakan bagian pengelasan yang bertugas untuk membentuk, menyambung atau merakit komponen seperti rangka, bodi atau yang lainnya. Pada bagian ini dibagi menjadi beberapa tugas yaitu seperti membentuk komponen, menyambung komponen dan merapikan komponen yang telah selesai diproses. Ada beberapa teknik pengelasan yang biasanya digunakan pada bagian ini, seperti dengan menggunakan las karbit (Asetilene), las listrik dan las CO. Tujuan dari penggunaan teknik las yang berbeda tersebut adalah menyesuaikan dengan bahan komponen yang akan dilas. Jika bahannya tipis biasanya akan menggunakan las karbit atau las listrik. Karena jika menggunakan las CO, maka akan merusak komponen yang memiliki ketebalan yang tidak sesuai. Selain itu dari tingkat kekuatan sambungan las juga menjadi alasan mengapa adanya perbedaan teknik pengelasan tersebut. Bahan yang lebih tebal pasti memerlukan sambungan las yang kuat, untuk itu digunakanlah teknik las CO.
g. Assembling (Perakitan)
Bagian assembling adalah bagian yang bertugas merakit komponen menjadi sebuah unit. Biasanya ada beberapa bagian assembling yaitu Assembling Unit, Assembling Engine dan Assembling Wheel.
-          Assembling Wheel yaitu bagian yang merakit komponen-komponen roda penggerak pada kendaraan.
-          Assembling Engine yaitu bagian yang merakit komponen-komponen mesin agar menjadi sebuah unit mesin yang nantinya akan dipasang pada kendaraan.
-          Assembling Unit yaitu bagian akhir dari seluruh tahapan assembling atau perakitan yang bertugas merakit seluruh komponen kendaraan mulai dari mesin, rangka, transmisi (pada pabrik mobil), roda, bodi kendaraan dan komponen lainnya.
Dalam proses assembling biasanya dilakukan dengan cara manual atau dengan alat bantu khusus untuk mempercepat proses perakitan. Alat bantu yang digunakan yaitu menggunakan Impact dan Impuls sehingga sangat membantu mempermudah dalam perakitan, selain itu penggunaan alat bantu tersebut dapat mempercepat proses perakitan sehingga waktu yang diperlukan untuk merakit sangatlah singkat dan lebih cepat. Misalnya saja dalam pabrik yang memproduksi sepedamotor, waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit sepedamotor adalah 22 detik saja. Terbayang bukan betapa cepatnya waktu yang diperlukan untuk memproduksi satu unit sepedamotor. Hal ini bisa dilakukan karena ada begitu banyak bagian-bagian yang berperan dalam produksi sepedamotor. Selain itu peranan operator assembling juga tak kalah penting karena harus melakukan pekerjaannya dalam waktu 22 detik untuk setiap sepedamotor. Dalam line produksi assembling, ada banyak sekali operator assembling yang bekerja. Pembagiannya yaitu setiap station kerja diberi jarak sekitar 1-2 meter sepanjang line assembling pada kanan dan kirinya. Jadi memang bukanlah hal yang aneh apabila dalam proses perakitan sepedamotor hanya memerlukan waktu 22 detik untuk membuat satu unit sepedamotor.
h. Bagian Repair (Perbaikan)
Tugas dari bagian ini adalah repairing atau memperbaiki kesalahan dalam proses produksi. Bagian repair ini ada pada setiap bagian produksi baik itu pada bagian machining, casting, welding, painting maupun assembling. 
i. Final Inspection
Final inspection adalah bagian yang bertugas untuk mengecek, mengontrol dan menguji unit baik itu unit mesin atau unit kendaraan yang telah selesai diproduksi. Tujuan dari final inspection ini adalah memastikan setiap komponen terpasang dengan benar tanpa ada kesalahan seperti kerusakan komponen, kerusakan karena proses produksi dan memastikan setiap komponen kendaraan dapat berfungsi dengan benar. Apabila ditemukan adanya kesalahan atau kerusakan pada komponen atau unit kendaraan, maka selanjutnya akan dibawa ke bagian repair untuk dilakukan perbaikan dan penanganan lebih lanjut. 
j. PPIC
Bagian PPIC adalah bgian yang bertugas untuk menyuplai komponen-komponen ke bagian-bagian produksi seperti menyuplai baut, mur dan part-part lain yang dibutuhkan dalam proses produksi. Selain itu bagian PPIC ini juga bertugas untuk membuat planing produksi sehingga setiap bagian produksi dapat mengetahui berapa jumlah yang akan diproduksi dan model apa saja yang akan dikerjakan. 
1.2 SOP
1.    Memakai machinery safe guarding/tutup bagian mesin yang berbahaya
2.    System automatis dan subtitusi alat dengan memakai alat yang lebih aman
3.    Memakai APD seperti apron, helmet, sepatu pelindung,masker, sarung tangan, kaca mata, gloves, pelindung muka, telinga, hidung, dan lain-lain.
4.    Mengaplikasikan perputaran kerja, mengadakan shift kerja.
5.    Memakai alat-alat modern atau alat penggerak automatis untuk mengangkat benda-benda berat supaya pekerja tak mesti mengangkat beban berat.
6.    Penyedian ventilasi/tempat pertukaran hawa yang baik
7.    Memakai exhaust lokal untuk gas-gas berbahaya
8.    Memisahkan alat dengan pekerja dengan jarak tertentu
9.    Penyediaan lampu untuk penerangan/Penyediaan jendela-jendela untuk penyebaran sinar yang rata.
10.Eliminasi kandungan timah pada cat
11.Memberi service kesehatan/kontrol berkala minimum 1-2 kali per tahun
12.Memberi saat istirahat yang cukup untuk pekerja, dan sediakan air minum dan vitamin untuk pekerja.
1.3 K3
1. Aspek Fisik
·       Percikan Api
Dalam sistem soldering dan grinding yang menyebabkan percikan api, yang bisa menyebabkan kulit tersengat.
·         Kebisingan
Bising dalam sistem grinding bisa menyebabkan masalah pada pendengaran (Tuli) jika terpajan kurun waktu yang cukup lama.
·         Desakan Panas
Dalam sebagian sistem perakitan mobil ada dalam ruang yang tertutup dan kadang-kadang membuat ruang jadi panas karena kurangnya perhatian pada ventilasi untuk pertukaran hawa. Efek yang diakibatkan yaitu terganggunya saluran pernafasan, asma, sesak nafas, dan lain-lain.
·         Radiasi Cahaya Ultraviolet
Bisa menyebabkan terganggunya indera pandangan dan bisa menyebabkan kanker kulit.
·         Getaran
Dalam sistem perakitan mobil memakai sebagian alat berat yang bisa menyebabkan getaran yang cukup kuat. Hal semacam ini bisa menyebabkan rusaknya kelenjar testis dan bisa menyebabkan kemandulan.
·         Penerangan
Pada Sistem Painting ada tempat penerangan. Kadang-kadang pada pabrik otomotif penerangan yang dipunyai begitu jelek hingga bisa mengganggu pandangan pekerja hingga menyebabkan kelelahan pada mata dengan menyusutnya daya dan efisiensi kerja.
2. Aspek Kimia
·         Asap Logam
Pada sistem welding bisa mengakibatkan metal fume fever.
·         Debu Las Logam
Mengakibatkan penyakit silikosis dan penyakit ISPA.
·         Inhalasi Gas Pembakaran
Dalam sistem painting Inhalasi Gas Pembakaran mesti di perhatikan karena akan mengakibatkan kerusakan saluran pernafasan pada pekerja, asma, alergi, dan lain-lain.
·         Bahan Kimia
Dalam sistem soldering dan grinding menghasilkan timah yang beresiko pada peredaran darah dan system saraf pusat. Pada bagian spray booth material yang dipakai berbentuk gampang terbakar yang begitu beresiko untuk pekerja. Sistem painting juga keluarkan Limbah Cair yang memiliki kandungan merkuri, krom (Cr), kadmium, Zinc, dan timbal yang bisa mengganggu aliran darah, anemia dan masalah neuromuscular system
·         Ledakan Roda Gerinda
Membahayakan mata dan kulit.
3. Bahaya Mekanik
Bahaya Mekanik yang muncul karena pekerjaan perakitan mobil ini yaitu telapak tangan yang terpotong akibat sistem penggerindaan, kulit teluka akibat kegiatan pengamplasan. Injury pada kepala saat bekerja di bawah mobil pada sistem assembly.
4. Aspek Ergonomik
Pada sistem assembly bahaya ergonomic yang berlangsung yaitu terserang low back pain karena lakukan pekerjaan mengangkat berulang-kali.
5. Aspek Psikologis
Bahaya yang berlangsung pada aspek ini yaitu stress akibat pekerjaan yang sangat monoton terlebih pada pekerja umur muda. Tampak karena mengingkatnya tidak hadir kerja yang dikerjakan beberapa pekerja.
1.4 Sanksi
1. Peringatan Tertulis
Sanksi yang selama ini cukup popular adalah pemberian surat peringatan (SP) kepada karyawan akibat pelanggaran disiplin atau kesalahan ringan yang dilakukan. Pemberian SP ini diatur dalam UU ketenagakerjaan pasal 161.
Tata cara pemberian SP ini diberikan berurutan yaitu masing-masing SP berlaku selama enam bulan. Bila kesalahan masih terjadi, akan ada SP2 dan SP3 atau surat peringatan terakhir, sebelum akhirnya pemutusan hubungan kerja (PHK). Tetapi perlu juga diketahui bahwa jika pelanggaran yang dilakukan berkategori sangat berat seperti korupsi, maka bisa langsung dikenakan PHK. Kategori pelanggaran yang diberikan SP diatur dalam peraturan internal perusahaan.
2. Mutasi
Mutasi adalah memindahkan seorang karyawan ke jabatan dan tugas yang berbeda dibanding sebelumnya. Mutasi bisa dilakukan dalam perusahaan, atau dikirim ke daerah lain di mana sebuah perusahaan memiliki cabangnya.
Ada mutasi yang bersifat kenaikan pangkat atau promosi, ada juga mutasi yang bersifat punishment atau hukuman seperti tempat baru memiliki gaji yang rendah atau fasilitas yang lebih sedikit. Perusahaan biasanya memberikan sanksi dengan mutasi bila dianggap karyawan yang bersangkutan masih berjasa dan masih bisa menguntungkan perusahaan. Namun penjelasan tentang mutasi yang merupakan bagian dari sanksi tidak dijelaskan dalam peraturan pemerintah.
3. Penurunan Jabatan (Demosi)
Penurunan jabatan atau bahasa kerennya disebut demosi juga sering dilakukan oleh perusahaan kepada karyawannya yang dianggap melanggar kebijakan perusahaan. Biasanya penurunan ini dilakukan setelah perusahaan mengkaji dengan hati-hati dan memiliki bukti kuat bahwa si karyawan memang harus didemosikan. Sayangnya sanksi yang satu ini juga tidak diatur dalam UU ketenagakerjaan, sehingga tata cara dan mekanisme penurunan jabatan hanya diatur dalam peraturan perusahaan.
4. Pencabutan Tunjangan 
Penerapan jenis sanksi ini dilakukan pihak perusahaan apabila karyawan penerima tunjangan menyalahi aturan yang telah ditetapkan bersama. Mekanisme sanksi ini juga diatur dalam peraturan perusahaan. Pencabutan tunjangan berarti seorang karyawan tidak lagi menerima fasilitas penunjang dari perusahaan seperti mobil, rumah, dan sebagainya karena karyawan tidak memenuhi kewajibannya atau melakukan kesalahan dengan mempergunakan wewenangnya.
5. Denda
Model sanksi lainnya adalah membayar sejumlah uang sebagai denda karena si karyawan melakukan kesalahan yang merugikan perusahaan. Denda itu bisa dipotong dari gaji atau si karyawan membayar langsung. 
Sanksi denda ini ternyata menjadi perhatian pemerintah, karena sebelum memberlakukan denda pada pekerja, perusahaan harus memenuhi ketentuan dalam pasal 20 (1) PP No 8 tahun 1981 tentang perlindungan upah, yaitu denda atas pelanggaran sesuatu dapat dilakukan bila hal itu diatur secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis atau peraturan perusahaan.
6. Diberhentikan Secara Tidak Hormat
Dalam UU Ketenagakerjaan sebenarnya tidak ada istilah “PHK dengan tidak hormat”, yang ada hanyalah PHK. PHK biasanya diberikan sebagai sanksi bila pada karyawan yang memiliki kesalahan sangat berat yang bukan hanya merugikan perusahaan secara finansial tetapi juga berhubungan dengan hancurnya kredibilitas dan terbukanya rahasia perusahaan.
Dalam proses PHK karena kesalahan berat, biasanya karyawan akan mengalami skorsing terlebih dulu, untuk mencegah yang bersangkutan mempengaruhi karyawan lain atau merusak alat kerja di kantor. Bila diPHK karena kesalahan berat, maka karyawan akan memperoleh kompensasi atas PHK, yaitu uang penggantian hak sesuai dengan pasal 158 UU Ketenagakerjaan, terdiri dari:
1.         cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
2.        biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat di mana pekerja/buruh diterima bekerja;
3.        penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
7. Dipaksa Mengundurkan Diri
Sanksi lain yang sering terjadi adalah karyawan dipaksa mengundurkan diri dengan menandatangani surat pengunduran diri. Biasanya perusahaan melakukan hal ini untuk menghindari pembayaran kompensasi PHK dan nama baik si karyawan yang melakukan kesalahan akan terjaga, sehingga bisa mencari pekerjaan di tempat lain. Sanksi ini bisa disebut sebagai win-win solution antara perusahaan dengan karyawannya.
Pada dasarnya mengundurkan diri secara terpaksa tidak diatur dalam peraturan pemerintah, karena yang ada di UU ketenagakerjaan adalah pengunduran diri berdasarankan keinginan dan kehendak diri sendiri yang harus memenuhi syarat berdasarkan pasal 162 yaitu:
·           Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
·           Tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
·           Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
1.5 Kesimpulan

     Dalam proses perakitan kendaraan banyak sekali kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, oleh karena itu dalam proses perakitan kendaran diterapkan K3 yang memiliki SOP antara lain
  1. Memakai machinery safe guarding/tutup bagian mesin yang berbahaya
2.    System automatis dan subtitusi alat dengan memakai alat yang lebih aman
3.    Memakai APD seperti apron, helmet, sepatu pelindung,masker, sarung tangan, kaca mata, gloves, pelindung muka, telinga, hidung, dan lain-lain.
4.    Mengaplikasikan perputaran kerja, mengadakan shift kerja.
5.    Memakai alat-alat modern atau alat penggerak automatis untuk mengangkat benda-benda berat supaya pekerja tak mesti mengangkat beban berat.
6.    Penyedian ventilasi/tempat pertukaran hawa yang baik
7.    Memakai exhaust lokal untuk gas-gas berbahaya
8.    Memisahkan alat dengan pekerja dengan jarak tertentu
9.    Penyediaan lampu untuk penerangan/Penyediaan jendela-jendela untuk penyebaran sinar yang rata.
10.Eliminasi kandungan timah pada cat
11.Memberi service kesehatan/kontrol berkala minimum 1-2 kali per tahun
12.Memberi saat istirahat yang cukup untuk pekerja, dan sediakan air minum dan vitamin untuk pekerja.
     Apabila ada karyawan yang melanggar dapat dikenakan sanksi, mulai dari surat peringata ( SP ) sampai Pemberhentian Hak Kerja ( PHK ) bahkan denda dengan nominal yang cukup besar.
sumber 1
sumber 2
sumber 3

Rabu, 18 Juli 2018

laporan analisis kerusakan suatu mesin

Dalam Tugas ini saya ingin memberikan laporan analisis kerusakan pada suatu mesin atau komponen mesin. 
analisis kerusakan pada rem kendaraan
    penyebab kerusakan pada rem banyak faktornya antara laion
    - jalan yang berdebu
    - penggunaan part yang tidak original
    - penggunaan pelumas rem yang tidak sesuai standartnya
    - tidak melakukan pengecekan secara berkala
untuk mengatasi rusaknya kampas rem pada kendaraan dapat dilakukan pengecekan secara berkala pengecekan itu biasanya meliputi 
    - ketebalan kampas rem
    - volume minyak rem
    - pembersihan rem dari sisa kotoran kampas rem

Perawatan Prefentif

Pengertian Preventive Maintenance (PM). Pemeliharaan preventif sangat penting untuk mendukung fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan “critical unit”. teknik perawatan ini dilakukan secara inspeksi terhadap asset peralatan untuk memprediksikan terhadap kerusakan/kegagalan yang akan terjadi. Berikut adalah Penjelasan mengenai Preventive Maintenance (PM).

Definisi Preventive Maintenance (PM)

Preventive Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas pemeliharaan seperti inspeksi, perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan dan penyesuaian dilaksanakan.
Preventive maintenance adalah suatu kegiatan perawatan dan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan mesin. Mesin akan mengalami nilai depresiasi (penurunan) apabila dipakai terus menerus. Oleh karena itu, dibutuhkannya inspeksi dan servis secara rutin maupun periodik. 
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan- kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu proses produksi. Jadi, semua fasilitas produksi yang mendapatkan perawatan (preventive maintenance) akan terjamin kontinuitas kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. 

Manfaat preventive maintenance

  1. Memperkecil overhaul ( turun mesin ).
  2. Mengurangi kemungkinan
  3. reparasi berskala besar.
  4. Mengurangi biaya kerusakan / pergantian mesin.
  5. Memperkecil kemungkinan produk-produk yang rusak.
  6. Meminimalkan persediaan suku cadang.
  7. Memperkecil hilangnya gaji – gaji tambahan akibat penurunan mesin ( overhaul ).
  8. Menurunkan harga satuan dari produk pabrik.
  9. Macam-Macam, preventive maintenance Dalam perusahaan

    1. Routine maintenance. Kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin. Contohnya, yaitu pembersihan fasilitas atau peralatan, pelumasan (lubrication) atau pengecekan oli, pengecekan isi bahan bakarnya dan apakah termasuk dalam pemanasan (warming up) dari mesin-mesin selama beberapa menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari.
    2. Periodic maintenance. Kegiatan perawatan yang dilakukan secara periodic atau dalam jangka waktu tertentu.

    Tujuan Preventive maintenance

    1. Memperpanjang umur produktif asset dengan mendeteksi bahwa sebuah asset memiliki titik kritis penggunaan (critical wear point) dan mungkin akan mengalami kerusakan.
    2. Melakukan inspeksi secara efektif dan menjaga supaya kondisi peralatan selalu dalam keadaan sehat.
    3. Mengeliminir kerusakan peralatan dan hasil produksi yang cacat serta meningkatkan ketahanan mesin dan kemampuan proses
    4. Mengurangi waktu yang terbuang pada kerusakan peralatan dengan membuat aktivitas pemeliharan peralatan
    5. Menjaga biaya produksi seminimum mungkin.

    Proses Preventive maintenance

    1. Melakukan pencatatan dan pengelolaan data tentang perawatan, kegagalan, dan penggunaan peralatan (dasar analisis peralatan)
    2. Semua jenis kegiatan predictive. Termasuk inspeksi, melakukan pengukuran,inspeksi part untuk kualitas, analisis pelumas, temperature, getaran, kebisingan, pencatatan semua data dari kegiatan predictive untuk trend analysis
    3. Perbaikan minor (30 menit), dorongan yang besar kearah produktivitas
    4. Writing up setiap kondisi yang memerlukan perhatian khusus , yang berpotensial kearah kegagalan
    5. Penjadwalan dan pelaksanaan perbaikan yang dinstruksikan
    6. Menggunakan frekuensi dan severity kegagalan untuk meningkatkan PM task list
    7. Training dan upgrading kemampuan system PM.

Minggu, 25 Maret 2018

Perawatan Mesin


MAKALAH
TEKNIK PERAWATAN MESIN




                                    NAMA            : Hasbiansyah
NPM               : 27415536
                                    KELAS           : 3IC07







TEKNIK PERAWATAN MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
1.                  Peran Perawatan dan Perbaikan Mesin Pada Suatu Industri
1.1       Penegertian Perawatan dan Perbaikan Mesin
Menurut Lindley R. Higgis & R. Keith Mobley, Perwatan/pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya. Maintenance atau pemeliharaan juga dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya. Pemeliharaan yang efektif akan mengarah pada hal-hal sebagai berikut :
a.       Kapasitas pekerjaan terpenuhi secara maksimal
b.      Kemampuan untuk menghasilkan hasil kerja dengan toleransi khusus atau level kualitas tertentu.
c.       Dapat meminimalkan biaya per unit kerja..
d.  Dapat mengurangi resiko kegagalan dalam memenuhi keinginan pelanggan yang berkaitan dengan kapasitas kerja dan kualitas hasil kerja.
e.   Dapat menjaga keselamatan pegawai, lingkungan kerja dan masyarakat  sekitar dari bahaya yang mungkin muncul dengan adanya proses kerja.
f.   Dapat memastikan sekecil mungkin resiko yang dapat membahayakan lingkungan di sekitar bengkel kerja/pabrik.
1.2       Peran Perawatan dan Perbaikan Dalam Sistem Kesiapan Fasilitas
            Dalam dunia permesian baik industri maupun kendaraan, peran perawatan dan perbaikan mesin sangat penting, karena dengan melakukan perawatan dan perbaikan maka kira dapat mengetahui problem apa yang terdapat didalam mesin tersebut, sehingga meminimalisir terhambatnya pekerjaan saat mesin bekerja.
            Dan perwatan mesin sangat berpengaruh dalam kesiapan fasilitas, karena apabila mesin dalam keadaan optimal maka seluruh fasilitas sempurna sehingga tidak menghambat pekerjaan.
2.                  Klasifikasi dan Jenis Perawatan
Perawatan mesin dibedakan menjadi 2 ( dua ) diantaranya :
1.      perawatan yang direncanakan.
2.      perawatan tidak direncanakan.


2.1       Perawatan Direncanakan
Untuk menjalankan program produksi dengan gangguan minimum, maka waktu untuk pekerjaan perawatan perlu direncanakan sebaik mungkin. Waktu pekerjaan perawatan ditentukan atas kondisi berikut:
• Kapan aktivitas produksi dihentikan karena adanya kebutuhan perawatan.
• Kapan pabrik tidak beroperasi karena jadwal waktu atau jam kerja yang sudah.
Penentuan jam operasi pabrik tergantung besar kecilnya industri, jenis dan tingkat produksi. Tabel 1. memperlihatkan berbagai sistem penggantian waktu kerja di industri, sehingga bisa ditentukan waktu yang tersedia untuk melakukan pekerjaan perawatan pada saat pabrik tidak beroperasi.
Urutan perencanaan fungsi perawatan meliputi :
a. Bentuk perawatan yang akan ditentukan.
b. Pengorganisasian pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan dengan   pertimbangan ke masa depan.
c. Pengontrolan dan pencatatan.

http://4.bp.blogspot.com/_0WtovqU3Xl0/TUSqjcv1zqI/AAAAAAAAAJo/EvySjbp4o58/s400/untitled1.JPG
Gambar 1. Sistem penggantian waktu kerja di industri.

d.      Pengumpulan semua masalah perawatan yang dapat diselesaikan dengan suatu bentuk perawatan.
e.       Penerapan bentuk perawatan yang dipilih:
• Kebijaksanaan perawatan yang telah dipertimbangkan secara cermat.
• Alternatif yang diterapkan menghasilkan suatu kemajuan.
• Pengontrolan dan pengarahan pekerjaan sesuai rencana.
• Riwayat perawatan dicatat secara statistik dan dihimpun serta dijaga untuk dievaluasi hasilnya guna menentukan persiapan berikutnya.
Sasaran perencanaan perawatan :
• Bagian khusus dari pabrik dan fasilitas yang akan dirawat.
• Bentuk, metode dan bagaimana tiap bagian itu dirawat.
• Alat perkakas dan cara penggantian suku cadang.
• Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan.
• Frekwensi perawatan yang perlu dilakukan.
• Sistem Pengelolaan pekerjaan.
• Metode untuk menganalisis pekerjaan.
Dasar-dasar pokok yang menunjang dalam pembentukan sistem perawatan :
 Jadwal kegiatan perawatan untuk semua fasilitas pabrik.
 Jadwal kegiatan perawatan lengkap untuk masing-masing tugas yang harus dilakukan pada tiap bagian.
 Program yang menunjukkan kapan tiap tugas harus dilakukan.
 Metode yang menjamin program perawatan dapat berhasil.
• Metode pencatatan hasil dan penilaian keberhasilan program perawatan.
Faktor-faktor Yang Diperhatikan Dalam Perencanaan Pekerjaan Perawatan :
a.  Ruang lingkup pekerjaan.
Untuk tindakan yang tepat, pekerjaan yang dilakukan perlu diberi petunjuk atau pengarahan yang lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-gambar atau skema dapat membantu dalam melakukan pekerjaan.
b. Lokasi pekerjaan.
Lokasi pekerjaan yang tepat dimana tugas dilakukan, merupakan informasi yang mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Penunjukan lokasi akan mudah dengan memberi kode tertentu, misalnya nomor gedung, nomor departemen dllsb.
c. Prioritas pekerjaan.
Prioritas pekerjaan harus dikontrol sehingga pekerjaan dilakukan sesuai dengan urutan yang benar. Jika suatu mesin mempunyai peranan penting, maka perlu memberi mesin tersebut prioritas utama.
d. Metode yang digunakan.
“Membeli kemudian memasang” sangat berbeda artinya dengan “membuat kemudian memasang”. Meskipun banyak pekerjaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun akan lebih baik jika penyelesaian pekerjaan tersebut dilakukan dengan metode yang sesuai dengan keahlian yang dipunyai.
e.Kebutuhan material.
Apabila ruang lingkup dan metode kerja yang digunakan telah ditentukan, maka biasa diikuti dengan adanya kebutuhan material. Material yang dibutuhkan ini harus selalu tersedia.
f.Kebutuhan alat perkakas.
Sebaiknya alat yang khusus perlu diberi tanda pengenal agar mudah penyediaannya bila akan digunakan. Kunci momen, dongkrak adalah termasuk alat-alat khusus yang perlu ditentukan kebutuhannya.
g.Kebutuhan keahlian.
      Keahlian yang dimiliki seorang pekerja akan memudahkan dia bekerja.
h. Kebutuhan tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan harus ditentukan untuk setiap jenis keahlian. Hal ini berguna dalam ketetapan pengawasannya.
2.2       Perawatan Tidak Terencana
            Perawatan tidak direncanakan yang dimaksudkan disini adalah apabila mesin mengalami kerusakan yang diharuskan untuk dilakukan perbaikan / perawatan dadakan. Kasus ini sangat mengganggu proses jalannya produksi di dalam pabrik. Biasanya perawaran tidak terencana terjadi akibat kelalaian teknisi perawaatan saat melakukan perawatan berkala. Dan dalam perawatan tidak terencana apabila kersukan mengharuskan utntuk mengganti suku cadang maka harus segera dilakukan agar mesin dapat kembali berkerja normal.
3.                  Jenis Pelumas dan Teknik Pelumasan
Sebelum mulai membahas tentang berbagai jenis pelumas mesin, ada baiknya kita mengenal apa fungsi pelumas, atau yang biasa disebut "pelumasan". Pelumasan atau lubrikasi adalah  sebuah proses atau teknik untuk mengurangi gesekan serta keausan atas salah satu atau kedua permukaan yang saling bersentuhan dan bergerak relatif terhadap satu sama lain, dengan memberikan zat pelumas di antara keduanya. Sedangkan bahan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara kedua permukaan tersebut disebut dengan pelumas.
Secara umum bahan pelumas diklasifikasikan berdasarkan wujud dari materialnya, yakni liquid (cair), semi cair(grease), dan padat. Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai pelumas oli dan cukup lazim kita temui sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox, ataupun sistem lainnya. Pelumas semi liquid lebih dikenal sebagai grease (gemuk) memiliki kekentalan lebih tinggi dibandingkan dengan pelumas oli dan memang cenderung lebih "padat" daripada oli. Sedangkan pelumas padat memiliki wujud padat dan dibutuhkan pada kasus-kasus tertentu yang tidak dimungkinkan untuk menggunakan pelumas oli maupun grease.

3.1       Jenis Pelumas

1. Pelumas Cair

http://prestasi-lubricants.com/images/01-Pelumas-Cair.jpg
Sebagian besar pelumas oli yang beredar di pasaran dan paling banyak penggunaannya terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena itulah sering kali kita menyebutnya sebagai mineral oil (oli mineral), yakni oli yang berbahan dasar dari minyak bumi hasil tambang (mining). Oli mineral dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu Paraffinic, Naphtenic, dan Aromatic.
Oli parafin sangat baik digunakan pada mesin manufaktur, untuk pelumas mesin industri, serta pada proses produksi industri karet, tekstil, dan kertas. Oli naphtenic lebih cocok digunakan pada kondisi temperatur kerja rendah, terutama untuk pendingin trafo industri, serta pendingin pada proses permesinan. Sedangkan oli aromatik berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan seal manufaktur, serta sebagai perekat dan pengencer produksi aspal.
Namun, Pelumas oli mineral memiliki keterbatasan paling besar yakni kurangnya ketahanan terhadap temperatur kerja tinggi. Solusi dari kelemahan tersebut adalah dibuatnya oli melalui proses sintesa sehingga didapatkan oli dengan spesifikasi terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan. Pelumas jenis ini biasa kita kenal sebagai oli sintetis, sebab oli tipe ini tidak berasal dari minyak bumi melainkan dari bahan organik maupun anorganik yang melewati proses-proses khusus sehingga didapatkan spesifikasi yang dibutuhkan terutama ketahanan terhadap temperatur tinggi.
Perpaduan antara oli mineral dengan oli sintetis biasa disebut dengan oli semi-sintetis. Dengan campuran maksimal sebanyak 30% oli sintetis, diharapkan akan didapatkan pelumas dengan kualitas tidak jauh berbeda dengan oli murni sintetis, namun dengan harga yang lebih terjangkau. Oli sintetis memang dikenal mahal karena proses pembuatannya yang lebih rumit dibandingkan dengan biaya mengolah oli mineral.
Banyak produk dari Prestasi Lubricants yang merupakan jenis pelumas cair, seperti oli motor, minyak rem, air radiator, dan lain sebagainya.




2. Pelumas Semi-Cair (Grease)
http://prestasi-lubricants.com/images/02-Pelumas-Semi-Cair.jpg
Grease, atau yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan "gemuk", memiliki karakteristik khas, yang membuatnya sangat cocok digunakan pada sebuah sistem mekanis yang hanya bisa dilubrikasi secara berkala, serta sistem yang tidak mungkin dapat dilubrikasi oleh oli. Grease juga berfungsi sebagai sealent untuk mencegah masuknya air atau material lain ke dalam sistem mesin.
Prestasi Lubricants juga memproduksi pelumas semi-cair (gemuk) untuk kendaraan bermotor anda.
3. Pelumas Padat
http://prestasi-lubricants.com/images/03-Pelumas-Padat.jpg
Pelumas padat atau juga dikenal dengan pelumas kering memiliki gaya gesekan rendah. Masing-masing lapisan molekul dapat bergeser relatif terhadap lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja. Bahan yang paling banyak dikenal sebagai pelumas padat yaitu grafit.
Grafit banyak digunakan di kompresor udara, industri makanan, sambungan rel kereta, roda gigi terbuka, ball bearing, serta alat-alat perbengkelan. Grafit juga lazim digunakan pada gembok dan mesin kunci. Hal ini dilakukan karena jika digunakan oli untuk melumasi mesin kunci, debu-debu di udara justru mudah menempel dan akan cepat merusak komponen-komponen mesin.
3.1       Sifat – Sifat Pelumas
Motor bakar baik bensin maupun diesel terdiri dari berbagai komponen dalam melakukan proses kerjanya. Beberapa komponen tersebut tersusun atas bahan logam (metal part) yang statis maupun dinamis seperti katup, piston, gear, silinder block, camshaft dan lain-lain. Komponen tersebut harus terjaga agar pergerakan mesin dapat berjalan baik sehingga dapat memperpanjang umur pemakaian.
Upaya yang dilakukan untuk menjaga komponen tersebut, dalam mesin dilengkapi dengan sistem pelumasan. Pelumasan berfungsi untuk mengurangi adanya gesekan antara metal dan komponen- komponen mesin lainnya sehingga dapat meminimalkan resiko terjadinya kerusakan pada mesin serta berguna untuk mencegah atau mengurangi terjadinya keausan pada komponen-komponen mesin yang saling bergesekan, melancarkan komponen- komponen mesin yang bergerak atau berputar, mencegah terjadinya suara berisik, mengurangi panas yang timbul karena pergesekan, dan meminimalkan tenaga mesin yang terhubung untuk melawan gaya gesek.

1.      APPEARANCE

Penampilan pelumas dengan melihat keadaan visualnya dan dapat menunjukkan :
1.      clear : Pelumas terlihat jernih.
2.      hazy : Pelumas terlihat tidak jernih/berkabut.
3.      dark : Appearance terlihat dark atau gelap, ini dapat menunjukkan adanya kandungan produksi oksidasi dari pelumas atau bahan bakar.

2.       SPESIFIC GRAFITY (SG)

Yaitu perbandingan berat minyak dan air yang mempunyai volume yang sama pada suhu tertentu. Pemeriksaannya dengan alat standar untuk tujuan tersebut.

3.       WARNA (COLOR)

Untuk mengetahui sifat visual pelumas sehingga dapat diinterprestasikan sifat fisiknya secara cepat kemudian dapat dilakukan analisa keadaan sebenarnya dari pelumas.

4.       VISCOSITY/ KEKENTALAN

Besarnya tahanan aliran yang dimiliki setiap fluida termasuk pelumas. tingkat kekentalan merupakan sifat fisik fluida yang berubah terhadap perubahan temperaturnya, sehingga pengukuran kekentalan harus disertai dengan pengukuran suhu pada waktu yang bersamaan. Metode pengukuran viskositas pelumas antara lain:
1.      Viscocity Kinematic (Centistokes-Cst).
2.      Derajat Engler, diukur pada suhu 20°C,50°C dan 100°C.
3.      Second Redwood, diukur pada suhu 70°F,140°F dan 200°F.
4.      Second Universal Saybolt, diukur pada suhu 100°F dan 210°F.
5.      Nomor SAE

5.       VISCOCITY INDEX (VI)

Merupakan besarnya angka index atau skala kekentalan pelumas terhadap perubahan temperature tertentu. Standar temperatur pada pengukuran ini adalah 100°F dan 210°F. Pada umumnya menggunakan Kinematic Viscosity. Pelumas yang memiliki VI tinggi tidak banyak mengalami perubahan kekentalan pada perubahan temperature. Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
1.      HVI (High Viscosity Index) di atas 80.
2.      MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80.
3.      LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40

6.       POUR POINT (TITIK TUANG)

Menunjukkan temperature terendah dimana pelumas masih dapat mengalir. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan mengalir pada temperature rendah berhubung dengan daerah pemakaian atau kondisi kerja penggunaan dari pelumas tersebut.

7.       FLASH POINT (TITIK NYALA)

Merupakan temperature terendah dimana suatu minyak sudah mampu terbakar oleh adanya letupan bunga api/flash. Maksud pengukuran titik nyala adalah untuk safety precaution atau berhubungan dengan kondisi pemakaian pelumas. Dengan mengetahui titik nyala, dapat diketahui banyak sedikitnya komponen yang menguap karena titik nyala mempengaruhi jumlah pemakaian pelumas.

8.       TOTAL BASE NUMBER (TBN)

Besarnya angka kebasaan pelumas yang mengindikasikan bahwa pelumas tersebut mengandung additive terutama jenis detergent dan dispersant. Angka TBN pada pelumas bekas akan lebih rendah dari pelumas baru. Karena sebagian basa telah digunakan untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk ataupun telah dipakai untuk menghancurkan kotoran. Jadi dengan mengukur besarnya angka TBN dapat ditentukan apakah pelumas masih layak pakai.

9.       TOTAL ACID NUMBER (TAN)

Besarnya angka keasaman pada pelumas yang terbentuk oleh oksidasi pelumas atau karena pengaruh adanya air/uap air.
3.3       Bahan Aditif Pelumas
            Zat aditif minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat memperbaiki atau menguatkan spesifikasi atau karateristik minyak lumas dasar oil. Aditif untuk minyak pelumas modern ditentukan berdasarkan riset ilmiah selama bertahun-tahun, dirumuskan untuk memenuhi kebutuhan yang ekstrem dari mesin-mesin modern yang mana untuk melayani unjuk kerja mesin dalam kondisi berat, suhu operasi yang luas dan kecepatan luncur pada bantalan roda gigi yang lebih tinggi. Jadi minyak pelumas digunakan untuk melayani kondisi mesin yang mempunyai kondisi kerja yang lebih berat dan bersuhu lebih tinggi dibandingkan dengan mesin-mesin yang diproduksi sebelumnya. Dengan hanya menggunakan  minyak mineral murni (minyak yang berasal dari minyak bumi), minyak mineral murni tidak akan dapat bertahan pada kondisi-kondisi seperti tersebut diatas.
Formulasi dan pembuatan minyak pelumas yang mengandung aditif bukanlah suatu hal yang mudah dengan cara mencampurkan anti-oksidan atau bahan dispersan pada minyak dasar (atau base oil atau straight mineral oil) atau kombinasi dari minyak dasar saja. Dalam keadaan sebenarnya, setiap minyak mineral mempunyai respon yang berlain-lainan terhadap aditif tertentu, oleh sebeb itu pula diadakan penelitian di dalam formulasi untuk mendapatkan formula yang paling tepat. Di samping itu perkembangan minyak pelumas menjadi lebih kompleks karena beberapa sifat yang perlu diperkuat dengan aditif misalnya ketahanan terhadap oksidasi, sifat deterjensi dan lain sebenarnya. Untuk itu harus dipertimbangkan pengaruh masing-masing aditif terhadap minyak mineral murni dan pengaruh aditif antara satu terhadap yang lain. Aditif yang satu mungkin mempengaruhi keaktifan pada aditif lainnya. Di lain pihak aditif tertentu mungkin dapat berlaku synergistic atau saling memperkuat dimana kombinasi dari dua atau lebih aditif dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang lebih baik daripada apabila digunakan secara tersendiri.
Pembagian Aditif Minyak Pelumas 
Pembagian Aditif Pelumas Berdasarkan Fungsi dan Kinerja di bagi menjadi  menjadi tiga jenis diantarnya :
1.    Aditif Utama
a.    Anti foam
Berfungsi untuk meminimalkan busa (gelembung udara) oli diakibatkan kinerja mesin terutama di poros engkol dan efek pemberian aditif detergent. Sehingga menghambat kinerja pelumasan mesin.
b.      Anti Oxidant
Berfungsi menghentikan atau memperlambat reaksi kimia antara molekul hidrocarbon dalam pelumas dan oksigen dari udara. Oksidasi merupakan mekanisme utama yang bertanggung jawab pada kerusakan pelumas, berupa pembentukan endapan, sludge, soot and corrosive wear dan lain sebagainya. mengakibatkan mengentalnya oli secara berlebihan yang dapat mengakibatkan tertimbunnya oli yang mengental (sludge).
c.       Anti Wear
Berfungsi mencegah panas yang berlebihan pada oli yang ditimbulkan dari gesekan antar metal pada mesin, sehingga oli tetap berfungsi sebagai pembawa dan penyebar panas mesin.
d.      Anti Corrosion
Mencegah korosi dan karat akibat reaksi asam dan oksidasi udara dengan cara melapisi metal meskipun mesin dalam keadaan tidak bekerja.
e.       Detergent
Sebagai pembersih dan penetralisir zat-zat yang berbahaya, membentuk lapisan pelindung pada permukaan logam, mencegah endapan, mengurangi timbulnya deposit, mengendalikan korosi serta membersihkan karbon sisa pembakaran agar karbon tidak menempel di komponen mesin.
f.       Dispersant
Mengendalikan timbulnya lumpur yang terbentuk dari suhu rendah pada mesin bensin. Lumpur tersebut terbentuk dari campuran karbon, kumpulan hasil pembakaran, bahan bakar yang tidak terbakar dan air. Dispersants juga berfungsi sebagai pelindung agar jelaga (soot) tidak menggumpal, dan mengendalikan peningkatan viskositas, menetralisir sisa pembakaran yang dapat mengakibatkan mengentalnya plumas secara berlebihan.
g.      Friction Modifier
Berfungsi meningkatkan kinerja pelumasan pada metal yang bergesekan agar tidak cepat aus.

h.      Pour Point Depressant
Berfungsi mencegah oli membeku atau mengental pada saat suhu dingin. Pour Point Depressants (PPD) dapat mencegah pembentukan krital pada suhu rendah. Contoh PPD adalah poly-metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers, poly-fumarates. Penekanan pour point tergantung terutama pada karakterisitik base oil dan konsentrasi polimer. PPD lebih efektif jika dipergunakan dalam minyak dasar viskositas rendah.
i.        TBN.
Berfungsi menetralisir keasaman dalam pelumas yang diakibatkan karena suhu tinggi mesin motor.
2.    Viscosity Index Improver
Aditif ini berfungsi menyetabilkan kekentalan pelumas pada saat suhu mesin mulai tinggi, sehingga pelumas tidak gampang encer pada suhu tinggi. Pelumas yang mamakai aditif ini sering disebut oli multigrade.
3.    Oil Flow Improver
Aditif ini berfungsi memperlancar aliran pelumas, terutama pada  saat mesin start pagi hari. Sehingga mesin tidak mengalami kesulitan pada saat start.
3.1       Sistem Pelumas Mesin
Sistem pelumas adalah sebuah rangkaian hidrolis yang berfungsi mendistribusikan aliran oli mesin ke seluruh komponen mesin yang bergesekan. Tujuannya agar semua komponen mesin yang bergesekan bisa dilapisi pelumas agar untuk mencegah keausan. Fungsi dari sistem pelumas adalah :
1.      Untuk mencegah keausan pada komponen mesin
2.      Mendinginkan komponen mesin
3.      Membersihkan komponen mesin dari kerak dan kotoran.
Cara kerja pelumas mesin, umumnya menggunakan sistem tekan pompa. Yakni oli dari carter ditekan melalui pompa untuk disalurkan keseluruh bagian mesin.
Namun, komponen pelumasan bukan hanya pompa oli. Apa saja komponen yang berpengaruh dalam sistem pelumas mesin mobil ? simak ulasan berikut.


https://1.bp.blogspot.com/-4MsVHdWVO5w/WadmAUr3s9I/AAAAAAAAB6o/2Ue27Qa2xNA0LTwNwOHrgWrIDFnx4sOVACLcBGAs/s400/pelu.JPG


Komponen Sistem Pelumas Mesin dan Fungsinya

1.         Oil pan/Carter

Oil pan atau biasa juga dosebut carter adalah komponen berbentuk bak yang diletakan dibagian bawah mesin tepat pada ruang engkol. Fungsi oil pan adalah untuk menyimpan oli mesin.
2.                   Pompa Oli
Oil pump merupakan sebuah pompa hidrolis yang digunakan untuk memompa oli mesin untuk dinaikan ke seluruh komponen mesin. Pompa ini, bekerja secara rotary yang inputnya berasal dari poros engkol mesin.
Sehingga ketika mesin bekerja, oli secara otomatis terpompa. Pompa oli memiliki dua saluran, yakni saluran inlet yang langsung mengarah ke bak oli dan saluran outlet yang langsung tersambung dengan oil feed.




3.         Filter Oli



https://4.bp.blogspot.com/-4Xf97hiq5hk/WadmATwxFXI/AAAAAAAAB6k/-qA-dMExtMEXv20-YlaMy24aBIz7t-euQCLcBGAs/s400/secondchancegarage.JPG
Fungsi filter pasti sudah diketahui oleh anda. Pada sistem pelumasan mengapa perlu diberikan filter, bukannya sistem ini tertutup didalam mesin ? Memang benar, sistem pelumas memiliki sistem yang tertutup. Namun bukan berarti kotoran tidak bisa masuk kedalam mesin. Kerak juga bisa terbentuk pada komponen mesin, kerak yang disebabkan sisa pembakaran yang masuk ke ruang engkol dibersihkan oleh oli dan kerak tersebut terkandung pada aliran oli mesin. Sehingga perlu diberikan saringan agar kerak dan kotoran didalam aliran oli tidak memasuki oil feed yang memiliki diameter saluran kecil.Kotoran dan kerak yang tersaring akan mengumpul lada element filter sehingga perlu dilakukan penggantian oil filter secara rutin. Umumnya penggantian oil filter mengikuti interval penggantian oli mesin.


4.       Oli Pressure Sensor
Sensor yang terletak pada saluran oli setelah pompa ini bertujuan untuk mendeteksi tekanan oli mesin yang keluar dari pompa. Sensor ini bisa menandakan dua hal, yakni kesehatan pompa dan volume oli mesin. Jika indikator oli pada dashboard menyala maka sensor oli mendeteksi adanya lebihan atau kekurangan tekanan pada sistem pelumas. Ini bisa menandakan bahwa volume oli mesin berlebihan atau bahakan kurang dari standar pemakaian. Untuk itu, jika indikator ini menyala kita perlu melakukan pengecekan oli mesin melalui stik oli yang tersedia disekitar mesin. Jika volume oli normal maka masalah diatas timbul pada pompa oli.
5.       Oil feed
Fungsi oil feed sebenarnya hanya sebagai jalur oli. Jalur ini secara default sudah terbentuk saat pembuatan blok mesin bersama water jacket. Hal ini karena letak oil feed ini berada didalam blok silinder. Selain inner oil jet, biasanya juga ada outer oil jet. Outer oil jet ini terbentuk seperti pipa biasa yang umumnya berbahan logam. Fungsi saluran ini yakni menghubungkan oli ke komponen luar mesin seperti turbocharger atau oil cooler.
6.       Oil jet
Jika oil feed fungsinya sebagai jalur oli, oil jet berfungsi menyemprotkan oli dari dalam saluran oli. Jika dilihat, maka oil jet ini mirip injektor dimana ujung oil jet memiliki lubang cukup kecil yang akan memancarkan oli saat tekanan oli meningkat. Biasanya oil jet ditemui pada bagian bawah silinder mesin, fungsinya untuk menyemburkan oli kebagian piston dan commecting rod. Selain itu dibagian timming chain juga biasanya ada sebuah oil jet yang digunakan untuk melumasi rantai timming.

7.       PCV Valve
https://2.bp.blogspot.com/-ECllCiXc4uw/WadmAGwOwoI/AAAAAAAAB6g/jUFiJ3ifNYgglZ8bGJs0oqYPUGejVmYyACLcBGAs/s1600/pcv.JPG

Pada kendaraan lawas, uap oli dari mesin langsung dibuang begitu saja ke udara. Akubatnya menimbulkan suatu polusi tertentu. PCV atau Positive crankcase ventilation fungsinya untuk menyalurkan uap oli dari dalam mesin ke dalam saluran intake tanpa terjadinya kebocoran oli. Artinya terdapat sebuah PCV valve yang akan terbuka saat tekanan udara didalam crank case atau ruang engkol meningkat. Tekanan ini diperoleh karena ada sebagian oli yang menguap karena kepanasan dan faktor tekanan kompresi yang sedikit bocor melalui celah ring piston. Tekanan udara tersebut kemudian dilewatkan ke komponen oil separator untuk memisahkan oli mesin yang terbawa pada PCV valve. Barulah udara tersebut disalurkan kedalam saluran intake untuk kemudian masuk ke ruang bakar untuk melalui proses pembakaran mesin. Sehingga polusi tetap stabil.
8.       Oil atau Lubricant
Komponen terakhir yang cukup penting adalah oil atau lubricant sebagai media pelumas. Oli mesin haruslah memiliki daya lekat serta memiliki sifat yang licin. Selain itu oli mesin juga harus memiliki ukuran partikel kecil dan tidak mudah menguap. Karena oli harus bisa masuk ke celah-celah kecil untuk melapisi komponen mesin.Untuk itu, saat ini banyak ditemui oli sintetis dengan berbagai campuran zat adiitive yang tentunya bisa meningkatkan performa mesin. Namun, perlu diingat juga oli memiliki batas pemakaian. Sehingga sebagus apapun oli yang dipakai pada mesin kendaraan kita, juga perlu diganti sesuai intervalnya.