MAKALAH
TEKNIK PERAWATAN MESIN
NAMA :
Hasbiansyah
NPM : 27415536
KELAS :
3IC07
TEKNIK PERAWATAN MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
1.
Peran
Perawatan dan Perbaikan Mesin Pada Suatu Industri
1.1 Penegertian Perawatan dan Perbaikan Mesin
Menurut Lindley R. Higgis & R. Keith
Mobley, Perwatan/pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan tujuan agar peralatan selalu memiliki kondisi yang sama
dengan keadaan awalnya. Maintenance atau pemeliharaan juga dilakukan untuk
menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh
penggunannya. Pemeliharaan yang efektif akan mengarah pada hal-hal sebagai
berikut :
a.
Kapasitas
pekerjaan terpenuhi secara maksimal
b.
Kemampuan
untuk menghasilkan hasil kerja dengan toleransi khusus atau level kualitas
tertentu.
c.
Dapat
meminimalkan biaya per unit kerja..
d. Dapat mengurangi resiko kegagalan dalam
memenuhi keinginan pelanggan yang berkaitan dengan kapasitas kerja dan kualitas
hasil kerja.
e. Dapat
menjaga keselamatan pegawai, lingkungan kerja dan masyarakat sekitar dari bahaya yang mungkin muncul
dengan adanya proses kerja.
f. Dapat memastikan sekecil mungkin resiko yang
dapat membahayakan lingkungan di sekitar bengkel kerja/pabrik.
1.2 Peran
Perawatan dan Perbaikan Dalam Sistem Kesiapan Fasilitas
Dalam dunia permesian baik industri maupun
kendaraan, peran perawatan dan perbaikan mesin sangat penting, karena dengan
melakukan perawatan dan perbaikan maka kira dapat mengetahui problem apa yang
terdapat didalam mesin tersebut, sehingga meminimalisir terhambatnya pekerjaan
saat mesin bekerja.
Dan perwatan mesin sangat berpengaruh dalam kesiapan
fasilitas, karena apabila mesin dalam keadaan optimal maka seluruh fasilitas
sempurna sehingga tidak menghambat pekerjaan.
2.
Klasifikasi
dan Jenis Perawatan
Perawatan mesin dibedakan menjadi 2 (
dua ) diantaranya :
1. perawatan
yang direncanakan.
2. perawatan
tidak direncanakan.
2.1 Perawatan
Direncanakan
Untuk menjalankan program produksi dengan gangguan
minimum, maka waktu untuk pekerjaan perawatan perlu direncanakan sebaik
mungkin. Waktu pekerjaan perawatan ditentukan atas kondisi berikut:
•
Kapan aktivitas produksi dihentikan karena adanya kebutuhan perawatan.
•
Kapan pabrik tidak beroperasi karena jadwal waktu atau jam kerja yang sudah.
Penentuan
jam operasi pabrik tergantung besar kecilnya industri, jenis dan tingkat
produksi. Tabel 1. memperlihatkan berbagai sistem penggantian waktu kerja di
industri, sehingga bisa ditentukan waktu yang tersedia untuk melakukan
pekerjaan perawatan pada saat pabrik tidak beroperasi.
Urutan
perencanaan fungsi perawatan meliputi :
a. Bentuk perawatan yang akan ditentukan.
b.
Pengorganisasian pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan dengan pertimbangan ke masa depan.
c. Pengontrolan dan pencatatan.
Gambar 1. Sistem penggantian waktu kerja di industri.
d.
Pengumpulan semua masalah
perawatan yang dapat diselesaikan dengan suatu bentuk perawatan.
e.
Penerapan bentuk
perawatan yang dipilih:
• Kebijaksanaan perawatan yang telah dipertimbangkan
secara cermat.
• Alternatif yang diterapkan menghasilkan suatu
kemajuan.
• Pengontrolan dan pengarahan pekerjaan sesuai
rencana.
• Riwayat perawatan dicatat secara statistik dan
dihimpun serta dijaga untuk dievaluasi hasilnya guna menentukan persiapan
berikutnya.
Sasaran perencanaan perawatan :
• Bagian khusus dari
pabrik dan fasilitas yang akan dirawat.
• Bentuk, metode dan
bagaimana tiap bagian itu dirawat.
• Alat perkakas dan
cara penggantian suku cadang.
• Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan perawatan.
• Frekwensi perawatan
yang perlu dilakukan.
• Sistem Pengelolaan
pekerjaan.
• Metode untuk
menganalisis pekerjaan.
Dasar-dasar pokok yang menunjang dalam pembentukan sistem perawatan :
• Jadwal kegiatan perawatan untuk semua
fasilitas pabrik.
• Jadwal kegiatan perawatan lengkap untuk
masing-masing tugas yang harus dilakukan pada tiap bagian.
• Program yang menunjukkan kapan tiap tugas
harus dilakukan.
• Metode yang menjamin program perawatan dapat
berhasil.
• Metode pencatatan
hasil dan penilaian keberhasilan program perawatan.
Faktor-faktor Yang Diperhatikan Dalam Perencanaan Pekerjaan Perawatan :
a. Ruang
lingkup pekerjaan.
Untuk tindakan yang
tepat, pekerjaan yang dilakukan perlu diberi petunjuk atau pengarahan yang
lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-gambar atau skema dapat membantu dalam
melakukan pekerjaan.
b. Lokasi pekerjaan.
Lokasi pekerjaan yang
tepat dimana tugas dilakukan, merupakan informasi yang mempercepat pelaksanaan
pekerjaan. Penunjukan lokasi akan mudah dengan memberi kode tertentu, misalnya
nomor gedung, nomor departemen dllsb.
c. Prioritas pekerjaan.
Prioritas pekerjaan
harus dikontrol sehingga pekerjaan dilakukan sesuai dengan urutan yang benar.
Jika suatu mesin mempunyai peranan penting, maka perlu memberi mesin tersebut
prioritas utama.
d. Metode yang digunakan.
“Membeli kemudian
memasang” sangat berbeda artinya dengan “membuat kemudian memasang”. Meskipun
banyak pekerjaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun akan lebih baik
jika penyelesaian pekerjaan tersebut dilakukan dengan metode yang sesuai dengan
keahlian yang dipunyai.
e.Kebutuhan material.
Apabila ruang lingkup
dan metode kerja yang digunakan telah ditentukan, maka biasa diikuti dengan
adanya kebutuhan material. Material yang dibutuhkan ini harus selalu tersedia.
f.Kebutuhan alat perkakas.
Sebaiknya alat yang
khusus perlu diberi tanda pengenal agar mudah penyediaannya bila akan
digunakan. Kunci momen, dongkrak adalah termasuk alat-alat khusus yang perlu
ditentukan kebutuhannya.
g.Kebutuhan keahlian.
Keahlian yang dimiliki seorang pekerja
akan memudahkan dia bekerja.
h. Kebutuhan tenaga kerja.
h. Kebutuhan tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan harus ditentukan untuk setiap jenis
keahlian. Hal ini berguna dalam ketetapan pengawasannya.
2.2 Perawatan
Tidak Terencana
Perawatan tidak direncanakan yang dimaksudkan disini
adalah apabila mesin mengalami kerusakan yang diharuskan untuk dilakukan
perbaikan / perawatan dadakan. Kasus ini sangat mengganggu proses jalannya
produksi di dalam pabrik. Biasanya perawaran tidak terencana terjadi akibat
kelalaian teknisi perawaatan saat melakukan perawatan berkala. Dan dalam
perawatan tidak terencana apabila kersukan mengharuskan utntuk mengganti suku
cadang maka harus segera dilakukan agar mesin dapat kembali berkerja normal.
3.
Jenis Pelumas dan Teknik Pelumasan
Sebelum mulai membahas tentang berbagai
jenis pelumas mesin, ada baiknya kita mengenal apa fungsi pelumas, atau
yang biasa disebut "pelumasan". Pelumasan atau lubrikasi
adalah sebuah proses atau teknik untuk mengurangi gesekan serta
keausan atas salah satu atau kedua permukaan yang saling bersentuhan dan
bergerak relatif terhadap satu sama lain, dengan memberikan zat pelumas di
antara keduanya. Sedangkan bahan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
kedua permukaan tersebut disebut dengan pelumas.
Secara umum bahan pelumas diklasifikasikan
berdasarkan wujud dari materialnya, yakni liquid (cair), semi cair(grease), dan
padat. Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai pelumas oli dan cukup lazim
kita temui sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox, ataupun
sistem lainnya. Pelumas semi liquid lebih dikenal sebagai grease
(gemuk) memiliki kekentalan lebih tinggi dibandingkan dengan pelumas oli
dan memang cenderung lebih "padat" daripada oli. Sedangkan pelumas
padat memiliki wujud padat dan dibutuhkan pada kasus-kasus tertentu yang tidak
dimungkinkan untuk menggunakan pelumas oli maupun grease.
3.1 Jenis
Pelumas
1. Pelumas Cair
Sebagian besar pelumas oli yang beredar di pasaran dan paling banyak
penggunaannya terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena itulah sering
kali kita menyebutnya sebagai mineral oil (oli mineral), yakni oli
yang berbahan dasar dari minyak bumi hasil tambang (mining). Oli mineral dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu Paraffinic, Naphtenic,
dan Aromatic.
Oli parafin sangat baik digunakan pada mesin manufaktur, untuk pelumas
mesin industri, serta pada proses produksi industri karet, tekstil, dan kertas.
Oli naphtenic lebih cocok digunakan pada kondisi temperatur kerja
rendah, terutama untuk pendingin trafo industri, serta pendingin pada proses
permesinan. Sedangkan oli aromatik berwarna hitam dan sangat lazim
digunakan sebagai bahan seal manufaktur, serta sebagai perekat dan
pengencer produksi aspal.
Namun, Pelumas oli mineral memiliki keterbatasan paling besar yakni
kurangnya ketahanan terhadap temperatur kerja tinggi. Solusi dari
kelemahan tersebut adalah dibuatnya oli melalui proses sintesa sehingga
didapatkan oli dengan spesifikasi terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan. Pelumas
jenis ini biasa kita kenal sebagai oli sintetis, sebab oli tipe ini
tidak berasal dari minyak bumi melainkan dari bahan organik maupun anorganik
yang melewati proses-proses khusus sehingga didapatkan spesifikasi yang
dibutuhkan terutama ketahanan terhadap temperatur tinggi.
Perpaduan antara oli mineral dengan oli sintetis biasa disebut dengan oli semi-sintetis.
Dengan campuran maksimal sebanyak 30% oli sintetis, diharapkan akan didapatkan
pelumas dengan kualitas tidak jauh berbeda dengan oli murni sintetis, namun
dengan harga yang lebih terjangkau. Oli sintetis memang dikenal mahal karena
proses pembuatannya yang lebih rumit dibandingkan dengan biaya mengolah oli
mineral.
Banyak produk
dari Prestasi Lubricants yang merupakan jenis pelumas cair,
seperti oli motor, minyak rem, air radiator, dan lain sebagainya.
2. Pelumas Semi-Cair (Grease)
Grease, atau yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan
"gemuk", memiliki karakteristik khas, yang membuatnya sangat
cocok digunakan pada sebuah sistem mekanis yang hanya bisa dilubrikasi secara
berkala, serta sistem yang tidak mungkin dapat dilubrikasi oleh
oli. Grease juga berfungsi sebagai sealent untuk mencegah
masuknya air atau material lain ke dalam sistem mesin.
Prestasi Lubricants juga memproduksi pelumas semi-cair
(gemuk) untuk kendaraan bermotor anda.
3. Pelumas Padat
Pelumas padat atau juga dikenal dengan pelumas kering memiliki gaya
gesekan rendah. Masing-masing lapisan molekul dapat bergeser relatif
terhadap lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja. Bahan yang
paling banyak dikenal sebagai pelumas padat yaitu grafit.
Grafit banyak digunakan di kompresor udara, industri makanan,
sambungan rel kereta, roda gigi terbuka, ball bearing, serta alat-alat
perbengkelan. Grafit juga lazim digunakan pada gembok dan mesin kunci. Hal ini
dilakukan karena jika digunakan oli untuk melumasi mesin kunci, debu-debu di
udara justru mudah menempel dan akan cepat merusak komponen-komponen mesin.
3.1 Sifat – Sifat Pelumas
Motor bakar baik bensin maupun diesel terdiri
dari berbagai komponen dalam melakukan proses kerjanya. Beberapa komponen
tersebut tersusun atas bahan logam (metal part) yang statis maupun dinamis
seperti katup, piston, gear, silinder block, camshaft dan lain-lain. Komponen
tersebut harus terjaga agar pergerakan mesin dapat berjalan baik sehingga dapat
memperpanjang umur pemakaian.
Upaya yang dilakukan untuk menjaga komponen
tersebut, dalam mesin dilengkapi dengan sistem pelumasan. Pelumasan berfungsi
untuk mengurangi adanya gesekan antara metal dan komponen- komponen mesin
lainnya sehingga dapat meminimalkan resiko terjadinya kerusakan pada mesin
serta berguna untuk mencegah atau mengurangi terjadinya keausan pada
komponen-komponen mesin yang saling bergesekan, melancarkan komponen- komponen
mesin yang bergerak atau berputar, mencegah terjadinya suara berisik,
mengurangi panas yang timbul karena pergesekan, dan meminimalkan tenaga mesin
yang terhubung untuk melawan gaya gesek.
1. APPEARANCE
Penampilan pelumas dengan melihat keadaan visualnya dan
dapat menunjukkan :
1.
clear : Pelumas terlihat
jernih.
2.
hazy : Pelumas terlihat
tidak jernih/berkabut.
3.
dark : Appearance terlihat
dark atau gelap, ini dapat menunjukkan adanya kandungan produksi oksidasi dari
pelumas atau bahan bakar.
2. SPESIFIC GRAFITY (SG)
Yaitu perbandingan berat minyak dan air yang mempunyai
volume yang sama pada suhu tertentu. Pemeriksaannya dengan alat standar untuk
tujuan tersebut.
3. WARNA (COLOR)
Untuk mengetahui sifat visual pelumas sehingga dapat
diinterprestasikan sifat fisiknya secara cepat kemudian dapat dilakukan analisa
keadaan sebenarnya dari pelumas.
4. VISCOSITY/ KEKENTALAN
Besarnya tahanan aliran yang dimiliki setiap fluida
termasuk pelumas. tingkat kekentalan merupakan sifat fisik fluida yang berubah
terhadap perubahan temperaturnya, sehingga pengukuran kekentalan harus disertai
dengan pengukuran suhu pada waktu yang bersamaan. Metode pengukuran viskositas
pelumas antara lain:
1.
Viscocity Kinematic
(Centistokes-Cst).
2.
Derajat Engler, diukur pada
suhu 20°C,50°C dan 100°C.
3.
Second Redwood, diukur pada
suhu 70°F,140°F dan 200°F.
4.
Second Universal Saybolt,
diukur pada suhu 100°F dan 210°F.
5.
Nomor SAE
5. VISCOCITY INDEX (VI)
Merupakan besarnya angka index atau skala kekentalan
pelumas terhadap perubahan temperature tertentu. Standar temperatur pada
pengukuran ini adalah 100°F dan 210°F. Pada umumnya menggunakan Kinematic
Viscosity. Pelumas yang memiliki VI tinggi tidak banyak mengalami perubahan
kekentalan pada perubahan temperature. Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3
golongan, yaitu:
1.
HVI (High Viscosity Index)
di atas 80.
2.
MVI (Medium Viscosity Index)
40 – 80.
3.
LVI (Low Viscosity Index) di
bawah 40
6. POUR POINT (TITIK TUANG)
Menunjukkan temperature terendah dimana pelumas masih
dapat mengalir. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan
mengalir pada temperature rendah berhubung dengan daerah pemakaian atau kondisi
kerja penggunaan dari pelumas tersebut.
7. FLASH POINT (TITIK NYALA)
Merupakan temperature terendah dimana suatu minyak sudah
mampu terbakar oleh adanya letupan bunga api/flash. Maksud pengukuran titik
nyala adalah untuk safety precaution atau berhubungan dengan kondisi pemakaian
pelumas. Dengan mengetahui titik nyala, dapat diketahui banyak sedikitnya
komponen yang menguap karena titik nyala mempengaruhi jumlah pemakaian pelumas.
8. TOTAL BASE NUMBER (TBN)
Besarnya angka kebasaan pelumas yang mengindikasikan
bahwa pelumas tersebut mengandung additive terutama jenis detergent dan
dispersant. Angka TBN pada pelumas bekas akan lebih rendah dari pelumas baru.
Karena sebagian basa telah digunakan untuk menetralisir asam-asam yang
terbentuk ataupun telah dipakai untuk menghancurkan kotoran. Jadi dengan
mengukur besarnya angka TBN dapat ditentukan apakah pelumas masih layak pakai.
9. TOTAL ACID NUMBER (TAN)
Besarnya angka keasaman pada pelumas yang terbentuk oleh
oksidasi pelumas atau karena pengaruh adanya air/uap air.
3.3 Bahan
Aditif Pelumas
Zat aditif
minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat memperbaiki atau
menguatkan spesifikasi atau karateristik minyak lumas dasar oil. Aditif untuk
minyak pelumas modern ditentukan berdasarkan riset ilmiah selama
bertahun-tahun, dirumuskan untuk memenuhi kebutuhan yang ekstrem dari
mesin-mesin modern yang mana untuk melayani unjuk kerja mesin dalam kondisi
berat, suhu operasi yang luas dan kecepatan luncur pada bantalan roda gigi yang
lebih tinggi. Jadi minyak pelumas digunakan untuk melayani kondisi mesin yang
mempunyai kondisi kerja yang lebih berat dan bersuhu lebih tinggi dibandingkan
dengan mesin-mesin yang diproduksi sebelumnya. Dengan hanya menggunakan
minyak mineral murni (minyak yang berasal dari minyak bumi), minyak mineral
murni tidak akan dapat bertahan pada kondisi-kondisi seperti tersebut diatas.
Formulasi dan pembuatan minyak pelumas yang mengandung
aditif bukanlah suatu hal yang mudah dengan cara mencampurkan anti-oksidan atau
bahan dispersan pada minyak dasar (atau base oil atau straight
mineral oil) atau kombinasi dari minyak dasar saja. Dalam keadaan
sebenarnya, setiap minyak mineral mempunyai respon yang berlain-lainan terhadap
aditif tertentu, oleh sebeb itu pula diadakan penelitian di dalam formulasi
untuk mendapatkan formula yang paling tepat. Di samping itu perkembangan minyak
pelumas menjadi lebih kompleks karena beberapa sifat yang perlu diperkuat
dengan aditif misalnya ketahanan terhadap oksidasi, sifat deterjensi dan lain
sebenarnya. Untuk itu harus dipertimbangkan pengaruh masing-masing aditif
terhadap minyak mineral murni dan pengaruh aditif antara satu terhadap yang
lain. Aditif yang satu mungkin mempengaruhi keaktifan pada aditif lainnya. Di
lain pihak aditif tertentu mungkin dapat berlaku synergistic atau
saling memperkuat dimana kombinasi dari dua atau lebih aditif dapat memberikan
pengaruh-pengaruh yang lebih baik daripada apabila digunakan secara tersendiri.
Pembagian Aditif Minyak Pelumas
Pembagian Aditif Pelumas Berdasarkan Fungsi dan
Kinerja di bagi menjadi menjadi tiga jenis diantarnya :
1.
Aditif Utama
a.
Anti foam
Berfungsi untuk
meminimalkan busa (gelembung udara) oli diakibatkan kinerja mesin terutama di
poros engkol dan efek pemberian aditif detergent. Sehingga menghambat kinerja
pelumasan mesin.
b. Anti Oxidant
Berfungsi menghentikan
atau memperlambat reaksi kimia antara molekul hidrocarbon dalam pelumas dan
oksigen dari udara. Oksidasi merupakan mekanisme utama yang bertanggung jawab
pada kerusakan pelumas, berupa pembentukan endapan, sludge, soot and corrosive
wear dan lain sebagainya. mengakibatkan mengentalnya oli secara berlebihan
yang dapat mengakibatkan tertimbunnya oli yang mengental (sludge).
c. Anti Wear
Berfungsi mencegah
panas yang berlebihan pada oli yang ditimbulkan dari gesekan antar metal pada
mesin, sehingga oli tetap berfungsi sebagai pembawa dan penyebar panas mesin.
d. Anti Corrosion
Mencegah korosi dan karat
akibat reaksi asam dan oksidasi udara dengan cara melapisi metal meskipun mesin
dalam keadaan tidak bekerja.
e. Detergent
Sebagai pembersih dan
penetralisir zat-zat yang berbahaya, membentuk lapisan pelindung pada permukaan
logam, mencegah endapan, mengurangi timbulnya deposit, mengendalikan
korosi serta membersihkan karbon sisa pembakaran agar karbon tidak menempel di
komponen mesin.
f. Dispersant
Mengendalikan
timbulnya lumpur yang terbentuk dari suhu rendah pada mesin bensin. Lumpur
tersebut terbentuk dari campuran karbon, kumpulan hasil pembakaran, bahan bakar
yang tidak terbakar dan air. Dispersants juga berfungsi sebagai pelindung agar
jelaga (soot) tidak menggumpal, dan mengendalikan peningkatan viskositas,
menetralisir sisa pembakaran yang dapat mengakibatkan mengentalnya plumas
secara berlebihan.
g. Friction Modifier
Berfungsi meningkatkan
kinerja pelumasan pada metal yang bergesekan agar tidak cepat aus.
h. Pour Point Depressant
Berfungsi mencegah oli
membeku atau mengental pada saat suhu dingin. Pour Point Depressants (PPD)
dapat mencegah pembentukan krital pada suhu rendah. Contoh PPD adalah
poly-metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers, poly-fumarates. Penekanan
pour point tergantung terutama pada karakterisitik base oil dan konsentrasi
polimer. PPD lebih efektif jika dipergunakan dalam minyak dasar viskositas
rendah.
i.
TBN.
Berfungsi menetralisir
keasaman dalam pelumas yang diakibatkan karena suhu tinggi mesin motor.
2.
Viscosity Index Improver
Aditif ini berfungsi
menyetabilkan kekentalan pelumas pada saat suhu mesin mulai tinggi, sehingga
pelumas tidak gampang encer pada suhu tinggi. Pelumas yang mamakai aditif ini
sering disebut oli multigrade.
3.
Oil Flow Improver
Aditif ini berfungsi
memperlancar aliran pelumas, terutama pada saat mesin start pagi hari.
Sehingga mesin tidak mengalami kesulitan pada saat start.
3.1 Sistem
Pelumas Mesin
Sistem pelumas adalah sebuah
rangkaian hidrolis yang berfungsi mendistribusikan aliran oli mesin ke seluruh
komponen mesin yang bergesekan. Tujuannya agar semua komponen mesin yang
bergesekan bisa dilapisi pelumas agar untuk mencegah keausan. Fungsi dari
sistem pelumas adalah :
1. Untuk mencegah keausan
pada komponen mesin
2. Mendinginkan komponen
mesin
3. Membersihkan komponen
mesin dari kerak dan kotoran.
Cara kerja pelumas mesin, umumnya menggunakan sistem tekan pompa. Yakni
oli dari carter ditekan melalui pompa untuk disalurkan keseluruh bagian mesin.
Namun, komponen pelumasan bukan hanya pompa oli. Apa saja komponen yang berpengaruh dalam sistem pelumas mesin mobil ? simak ulasan berikut.
Namun, komponen pelumasan bukan hanya pompa oli. Apa saja komponen yang berpengaruh dalam sistem pelumas mesin mobil ? simak ulasan berikut.
Komponen Sistem Pelumas Mesin
dan Fungsinya
1. Oil
pan/Carter
Oil pan atau biasa juga dosebut carter adalah komponen berbentuk
bak yang diletakan dibagian bawah mesin tepat pada ruang engkol. Fungsi oil pan
adalah untuk menyimpan oli mesin.
2.
Pompa Oli
Oil pump merupakan sebuah pompa hidrolis yang digunakan untuk
memompa oli mesin untuk dinaikan ke seluruh komponen mesin. Pompa ini, bekerja
secara rotary yang inputnya berasal dari poros engkol mesin.
Sehingga ketika mesin bekerja, oli secara otomatis terpompa. Pompa oli memiliki dua saluran, yakni saluran inlet yang langsung mengarah ke bak oli dan saluran outlet yang langsung tersambung dengan oil feed.
Sehingga ketika mesin bekerja, oli secara otomatis terpompa. Pompa oli memiliki dua saluran, yakni saluran inlet yang langsung mengarah ke bak oli dan saluran outlet yang langsung tersambung dengan oil feed.
3. Filter Oli
Fungsi filter pasti sudah diketahui oleh anda. Pada sistem
pelumasan mengapa perlu diberikan filter, bukannya sistem ini tertutup didalam
mesin ? Memang benar, sistem pelumas memiliki sistem yang tertutup. Namun bukan
berarti kotoran tidak bisa masuk kedalam mesin. Kerak juga bisa terbentuk pada
komponen mesin, kerak yang disebabkan sisa pembakaran yang masuk ke ruang
engkol dibersihkan oleh oli dan kerak tersebut terkandung pada aliran oli
mesin. Sehingga perlu diberikan saringan agar kerak dan kotoran didalam aliran
oli tidak memasuki oil feed yang memiliki diameter saluran kecil.Kotoran dan
kerak yang tersaring akan mengumpul lada element filter sehingga perlu
dilakukan penggantian oil filter secara rutin. Umumnya penggantian oil filter
mengikuti interval penggantian oli mesin.
4. Oli Pressure Sensor
Sensor yang terletak pada saluran oli setelah pompa ini bertujuan
untuk mendeteksi tekanan oli mesin yang keluar dari pompa. Sensor ini bisa
menandakan dua hal, yakni kesehatan pompa dan volume oli mesin. Jika indikator oli pada
dashboard menyala maka sensor oli mendeteksi adanya lebihan atau kekurangan
tekanan pada sistem pelumas. Ini bisa menandakan bahwa volume oli mesin
berlebihan atau bahakan kurang dari standar pemakaian. Untuk itu, jika
indikator ini menyala kita perlu melakukan pengecekan oli mesin melalui stik
oli yang tersedia disekitar mesin. Jika volume oli normal maka masalah diatas
timbul pada pompa oli.
5. Oil feed
5. Oil feed
Fungsi oil feed sebenarnya hanya sebagai jalur oli. Jalur ini
secara default sudah terbentuk saat pembuatan blok mesin bersama water jacket.
Hal ini karena letak oil feed ini berada didalam blok silinder. Selain inner oil jet, biasanya juga ada outer oil jet. Outer oil
jet ini terbentuk seperti pipa biasa yang umumnya berbahan logam. Fungsi
saluran ini yakni menghubungkan oli ke komponen luar mesin seperti turbocharger
atau oil cooler.
6. Oil jet
Jika oil feed fungsinya sebagai jalur oli, oil jet berfungsi menyemprotkan
oli dari dalam saluran oli. Jika dilihat, maka oil jet ini mirip injektor
dimana ujung oil jet memiliki lubang cukup kecil yang akan memancarkan oli saat
tekanan oli meningkat. Biasanya oil jet ditemui pada bagian bawah silinder
mesin, fungsinya untuk menyemburkan oli kebagian piston dan commecting rod.
Selain itu dibagian timming chain juga biasanya ada sebuah oil jet yang
digunakan untuk melumasi rantai timming.
7. PCV Valve
7. PCV Valve
Pada kendaraan lawas, uap oli dari mesin langsung dibuang begitu saja ke udara. Akubatnya menimbulkan suatu polusi tertentu. PCV atau Positive crankcase ventilation fungsinya untuk menyalurkan uap oli dari dalam mesin ke dalam saluran intake tanpa terjadinya kebocoran oli. Artinya terdapat sebuah PCV valve yang akan terbuka saat tekanan udara didalam crank case atau ruang engkol meningkat. Tekanan ini diperoleh karena ada sebagian oli yang menguap karena kepanasan dan faktor tekanan kompresi yang sedikit bocor melalui celah ring piston. Tekanan udara tersebut kemudian dilewatkan ke komponen oil separator untuk memisahkan oli mesin yang terbawa pada PCV valve. Barulah udara tersebut disalurkan kedalam saluran intake untuk kemudian masuk ke ruang bakar untuk melalui proses pembakaran mesin. Sehingga polusi tetap stabil.
8. Oil atau Lubricant
Komponen terakhir yang cukup penting adalah oil atau lubricant
sebagai media pelumas. Oli mesin haruslah memiliki daya lekat serta memiliki
sifat yang licin. Selain itu oli mesin juga harus memiliki ukuran partikel
kecil dan tidak mudah menguap. Karena oli harus bisa masuk ke celah-celah kecil
untuk melapisi komponen mesin.Untuk itu, saat ini banyak ditemui oli sintetis
dengan berbagai campuran zat adiitive yang tentunya bisa meningkatkan performa
mesin. Namun, perlu diingat juga oli memiliki batas pemakaian. Sehingga sebagus
apapun oli yang dipakai pada mesin kendaraan kita, juga perlu diganti sesuai
intervalnya.