Pengertian Pengelasan dan Las Listrik
Las busur listrik umumnya disebut las
listrik adalah salah satu
cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang
diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena
busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan
busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam
cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan
mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik
cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur
listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga
akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur
sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda.
Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada
sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara
elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan
memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi
panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos,
elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas
penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan
polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan
lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah
terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana
logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat
didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik
menarik antara atom.Sebelum atom-atom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang
akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau
oksida-oksida.Berdasarkan klasifikasinya pengelasan di bagi dalam 2 kelas utama
yaitu:
1.
Pengelasan cair: cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau
semburan api gas yang terbakar.
2.
Pengelasan tekan: cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan kemudian ditekan hingga menjadi satu
Las busur
listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas.Jadi sumber panas pada las listrik ditimbulkan
oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja.Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian
aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja
akibat dari busur api arus listrik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa,
sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair, setelah dingin dapat menjadi
satu bagian yang sukar dipisahkan.
a.Penggolongan macam
proses las listrik
§
Las listrik dengan elektroda karbon,
misalnya:
1.
Las listrik dengan elektroda karbon
tunggal
2.
Las listrik dengan elektroda karbon
ganda
§
Las listrik dengan elektroda logam,
misalnya:
1.
Las listrik dengan elektroda berselaput
2.
Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas)
3.
Las Listrik Submerged
Busur listrik yang
terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung
elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas.Sebagai
bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang
berselaput fluksi.
C. Jenis – jenis
proses pengelasan
A. Las Oksi-Asetilin
Pengelasan dengan oksi
– asetilin adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan permukaan
logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilin
melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses
penyam bungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat tinggi sehingga
dapat mencairkan logam. Untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu
pengaturan campuran gas yang dibakar. Jika jumlah gas O2 di tambah maka akan
dihasilkan suhu yang sangat tinggi, lebih tinggi dari pada suhu lebur baja atau
metal lainnya sehingga dalam waktu sekejap mampu mencairkan logam tersebut yang
cukup tebal. Pemakaian jenis las ini misalnya untuk keperluan pengelasan
produksi, kerja lapangan dan reparasi. Umumnya las asetilin sangat baik untuk
mengelas baja karbon, terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa
berdinding tipis. Pada umumnya semua jenis logam fero dan non fero dapat dilas
dengan las jenis lain, baik dengan fluks maupun tanpa fluks.
Peralatan Las OAW :
1.
Oksigen
Penggunaan oksigen yang diambil dari udara bebas kurang efisien, karena
kandungan oksigen lebih rendah dibanding komposisi gas lain. Untuk
mengefisiensikan penggunaannya, oksigen perlu disediakan dalam keadaan siap
pakai dan mempunyai kemurnian yang tinggi.
a.Tabung oksigen
Tabung oksigen adalah
suatu silinder atau botol yang terbuat dari bahan baja yang berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan gas oksigen dengan tekanan kerja tertentu. Tabung
oksigen biasanya berwarna biru atau hitam mempunyai katup atau pembuka katup
berupa roda tangan dan baut serta mur pengikatnya adalah ulir kanan. Pada
bagian atas ada dudukan untuk memasang regulator. Gas yang terdapat dalam
tabung baja ini mempunyai tekanan yang cukup
besar dan dalam satu tabung terdapat 40 liter atau 60 liter gas oksigen.
Penyimpanan gas oksigen dalam tabung-tabung baja dibagi ke dalam kelas-kelas
yaitu kelas medium dengan tekanan sampai 15 kg/cm dan kelas tekanan tinggi
dengan tekanan kerja hingga 165 kg/cm.
2.
Asetilin
Asetilin diperoleh lewat reaksi kimia dalam bentuk gas. Karena berbentuk gas,
maka asetilin memerlukan perlakuan khusus, terutama dalam penyimpanan dan
penggunaannya. Agar lebih fleksibel dalam penggunaanya gas asetilin disimpan
dalam tabung, yang dapat dipindah dan mudah penggunaanya.
a.Tabung Asetilin
Tabung asetilin adalah
silinder atau botol yang terbuat dari bahan baja yang berfungsi sebagai tempat
untuk menyimpan gas asetilin dengan tekanan kerja tertentu. Didalam tabung
asetilin terdapat beberapa alat misalnya bahan berpori seperti kapas sutra
tiruan atau asbes yang berfungsi sebagai penyerap aseton, yaitu bahan agar
asetilin dapat larut dengan baik dan aman di bawah pengaruh tekanan. Sistem
penyimpanan asetilin dalam tabung asetilin relatif aman jika tidak terjadi
kebocoran atau tidak terkena suhu yang tinggi. Untuk mengantisipasi bahaya yang
timbul, maka pada bagian bawah tabung diberi sumbat pengaman atau sumbat lebur.
Sumbat pengaman akan meleleh dan lubang yang disumbat akan bocor bila sumbat
pengaman bersuhu 100derajat Celcius. Jika botol mempunyai suhu yang berlebihan
maka sumbat akan meleleh dan gas asetilin akan keluar silinder sebelum tabung
meledak. Panas tabung asetilin juga dapat disebabkan oleh proses pengeluaran
atau
penggunaan gas asetilin berlebihan. Setiap pengeluaran gas asetilin botol
bertambah panas, maka pengeluaran gas tidak boleh lebih dari 750 liter tiap
jam. Seperti tabung oksigen tabung ini berisi 40 sampai 60 liter gas asetilin,
tetapi bentuknya pendek dan gemuk, biasanya berwarna merah, tekanan isinya
sampai 15 kg / cm.
3.
Berdasarkan Panas Listrik
§
SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah
las busur nyala api listrik terlindung dengan mempergunagakan busur nyala
listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai
dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan. Tegangan yang
dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan
pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang dipakai
berkisar 80 – 200 Ampere.
§
SAW (Submerged Arch Welding) adalah las
busur terbenam atau pengelasan dengan busur nyala api listrik. Untuk mecegah
oksidasi cairan metal induk dan material tambahan, dipergunakan butiran–butiran
fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks
tersebut
§
ESW (Electro Slag Welding) adalah
pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW namun bedanya pada jenis ESW
busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluk
berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga
elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut.
Panas yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk /
slag cukup tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang
dilas tempraturnya mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C
§
SW (Stud Welding) adalah las baut
pondasi, gunanya untuk menyambung bagian satu konstruksi baja dengan bagian
yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau “ Shear Connector “
§
ERW (Electric Resistant Welding) adalah
las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang besar panas yang dihasilkan oleh
aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan logam yang akan
dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat dinding
pesawat, atau pada pagar kawat
§
EBW (Electron Beam Welding) adalah las
dengan proses pemboman elektron, suatu pengelasan uang pencairannya disebabkan
oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang
dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan ini
dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya
oksidasi atau kontaminasi
§
4.
Berdasarkan Panas Listrik dan Gas
§
GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri
dari ; MIG (Metal Active Gas) dan MAG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan
dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai
sebagai pencair metal yang di–las dan metal penambah. Sebagai pelindung
oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG
digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah
mengunakan Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non besi dan
gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau Argon (Ar)
§
GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau
TIG (Tungsten Inert Gas) adalah pengelasn dengan memakai busur nyala dengan
tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram, sedangkan bahan
penambahnyyadigunakan bahan yang sama atau sejenis dengan material induknya.
Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni
§
FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada
hakikatnya hampir sama dengan proses pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga
sama-sama menggunakan Karbon dioxida CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW
ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan pengelasan biasa disebut dengan
super anemo
§
PAW (Plasma Arch Welding) adalah las
listrik dengan plasma yang sejenis dengan GTAW hanya pada proses ini gas
pelindung menggunakan bahan campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan
Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous
dengan derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat
menampung tempratur diatas 5000°C
5.
Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan
Campuran Gas
OAW (Oxigen Acetylene
Welding) adalah sejenis dengan las karbid / las otogen. Panas yang didapat dari
hasil pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan zat asam atau Oksigen (O2). Ada
juga yang sejenis las ini dan memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti
acetylene. Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas
hidrogen (H) dan zat asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen Welding)
6.
Berdasarkan Ledakan dan reaksi isotermis
EXW (Explosion
Welding) adalah las yang sumber panasnya didapatkan dengan meledakkan amunisi
yang dipasang pada suatu mold/cetakan pada bagian tersebut dan mengisi cetakan
yang tersedia. Cara ini sangat praktis untuk menyambung kawat baja / wire rope,
slenk. Cara pelaksanaannya adalah ujung-ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam
mold yang telah terisi amunisi selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan
dengan pemantik api, maka terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat cepat
sehingga menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga terjadilah ledakan. Ledakan
tersebut mencairkan kedua ujung kawat baja yang terdapat didalam mold tadi,
sehingga cairan metal terpadu dan mengisi ruangan yang tersedia didalam mold.
D. Alat – alat
bantu las:
1.
Kabel Las
Kabel las biasanya
dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi Yang
disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
§
kabel elektroda
§
kabel massa
§
kabel tenaga
Kabel elektroda adalah
kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda. Kabel massa
menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel yang
menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini
biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC – DC.
2.
2. Pemegang Elektroda
Ujung yang tidak
berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda. Pemegang elektroda
terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat.
Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak
berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
3.
3.Palu Las
Palu Ias digunakan
untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan
memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.
Berhati-hatilah
membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke mata
atau ke bagian badan lainnya.
4.
4. Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
§
Membersihkan benda kerja yang akan dilas
§
Membersihkan terak Ias yang sudah lepas
dari jalur las oleh pukulan palu las.
5.
Klem Massa
Klem massa edalah
suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya klem massa
dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga agar arus
listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang
kuat.
Yang dapat menjepit
benda kerja dengan baik
Walaupun demikian
permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus dibersihkan
terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat, minyak.
1.
Mesin las listrik
Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang diperlukan
serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung listrik
las.Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari motor bensin atau diesel gardu
induk tegangan pada mesin las listrik biasanya:110 volt 220 volt 380
volt.Antara jaringan dengan mesin las pada bengkel terdapat saklarpemutus.Mesin las digerakkan dengan motor, cocok
dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak mempunyai
jaringan listrik.Busur nyala terjadi apabila dibuat
jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa
dijepitkan ke benda kerja.Jenis-jenis mesin las las
listrik terbagi atas :
1)Transformator arus
bolak-balik (AC)
Macam-macam pesawat
las ini seperti transformator las, pembangkit listrik motor diesel atau motor
bensin.Transformator las yang kebanyakan digunakan di industri-industri
mempunyai kapasitas 200 sampai 500 amper.Pesawat las ini sangat banyak dipakai
karena biaya operasinya yang rendah disamping harganya yang relatif
murah.Voltase keluar dari pesawat transformator ini antara 38 sampai 70 volt.
Keuntungan-keuntungan
mesin las AC antara lain :
Busur nyala kecil,
sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya keropos pada rigi-rigi las dan
perlengkapan dan perawatan lebih murah.
2)Rectifier arus
searah (DC)
Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus
listrik searah (DC)keluar.Pada mesin AC, kabel masa
dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mempengaruhi perubahan panas yang
timbul pada busur nyala.
3)Mesin las AC-DC
Pesawat las ini merupakan
gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah.Dengan, pesawat ini
akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya karena arus yang keluar dapat arus
searah maupun arus bolak-balik.Pesawat las jenis ini misalnya
transformator-rectifier maupun pembangkit listrik motor diesel.
Keuntungan-keuntungan
mesin las DC antara lain :
Busur nyala stabil,
dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut, dapat mengelas pelat
tipis dalam hubungan DCRP, dan dapat dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat
yang lembab dan sempit.
Menentukan besarnya arus listrik
Besar arus dan tegangan listrik yang digunakan dalam
pengelasan harus diatur sesuai kebutuhan. Daya yang dibutuhkan untuk pengelasan
tergantung dari besarnya arus dan tegangan listrik yang digunakan. Tidak ada
aturan pasti besar tegangan listrik pada mesin las yang digunakan.Hal ini
berhubungan dengan keselamatan kerja operator las tubuh manusia tidak akan
mampu menahan arus listrik dengan tegangan yang tinggi.
Tegangan listrik yang digunakan pada mesin las (tegangan
pada ujung terminal) berkisar 55 volt sampai 85 volt. Tegangan ini disebut
sebagai tegangan pembakaran. Bila nyala busur listrik sudah terjadi maka
tegangan turun menjadi 20 volt sampai 40 volt. Tegangan ini disebut dengan tegangan
kerja. Besar kecilnya tegangan kerja yang terjadi tergantung dari besar
kecilnya diameter elektroda. Semakin besar arus yang terjadi.
Dengan alasan diatas maka pada mesin las pengaturan yang
dilakukan hanya besar arusnya saja. Pengaturan besar kecilnya arus dilakukan
dengan cara memutar tombol pengatur arus. Besar arus yang digunakan dapat
dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh amperemeter (alat untuk mengukur besar
arus listrik) yang terletak pada mesin las. Pada masing-masing las, arus
minimum dan arus maksimum yang dapat dicapai berbeda-beda, pada umunya berkisar
100 ampere sampai 600 ampere. Pemilihan besar arus listrik tergantung dari
beberapa faktor, antara lain: diameter elektroda yang digunakan, tebal benda
kerja, jenis elektroda yang digunakan, polaritas kutub -kutubnya dan posisi
pengelasan.
Pengaruh arus listrik pada
hasil las
Bila arus terlalu rendah (kecil), akan menyebabkan:
1.
Penyalaan busur listrik
sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil,
2.
Terlalu banyak tumpukan
logam las karena panas yang terjadi tidak mampu melebihkan elektroda dan bahan
bakar dengan baik,
3.
Penembusaun kurang baik,
4.
Pinggiran-pinggiran dingin.
Pengaruh kecepatan elektroda
pada hasil las]
Untuk menghasilkan rigi–rigi las yang rata dan halus,
kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil.
Apabila elektroda di gerakkan:
1.
Tepat dan stabil,
menghasilkan daerah perpaduan dengan bahan dasar dan perembesan luasnya baik.
2.
Terlalu cepat, menghasilkan
perembesan las yang dangkal karena pemanasan bahan bakar dasar
3.
Terlalu lambat, menghasilkan
alur yang lebar (lihat gambar). Hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi las,
terutama bila bahan dasar yang dilas tipis.
Alat-alat Keselamatan Kerja Saat
Menggunakan Las Listrik
Sarung Tangan (Welding Gloves)
Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak
menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit elektroda atau
peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu dipakai agar tangan
tidak tidak terkena percikkan bunga api atau benda panas yang dilas.
Helm/topeng Las
Helm/topeng las melindungi mata dari pancaran busur listrik berupa sinar
ultra violet dan infra merah yang menyala terang dan kuat. Sinar las ini tidak
boleh dilihat secara langsung dengan mata telanjang sampai jarak 15 meter.
Selain itu bentuk helm/topeng las yang menutup muka berguna melindungi kulit
muka dari percikkan api busur listrik dan asap gas dari proses peleburan
elektroda pada las listrik.
Alat keselamatan kerja ini memiliki 3 lapisan kaca, yang terdiri dari satu
kaca las khusus yang diapit oleh 2 kaca bening. kaca bening berfungsi
melindungi kaca khusus tersebut agar tidak mudah rusak dan pecah.
Kaca las memiliki klasifikasi berbeda berdasarkan besar arus listrik yang
dapat diatur pada mesin lasnya,
· Kaca las no.6 dipakai
untuk las titik (tack weld)
· Kaca las no.6 dan no. 7
dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere
· Kaca las no.8 dipakai
untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere – 75 Ampere
· Kaca las no.10 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 75
ampere – 200 Ampere
· Kaca las no.12 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 200
Ampere – 400 Ampere
· Kaca las no.14 dipakai untuk pengelasan menggunakan arus
sebesar diatas 400 Ampere.
Pakaian kerja (Apron)
Pakaian kerja berguna melindungi badan dari percikan bunga api. Apron
terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar . Apron terdiri dari apron lengan
dan apron dada.
Sarung Tangan (Welding Gloves)
Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak
menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit elektroda atau
peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu dipakai agar tangan
tidak tidak terkena percikkan bunga api atau benda panas yang dilas.
Sepatu Las
Karakteristik sepatu las sangat berbeda dengan sepatu biasa pada umumnya.
Sepatu las yang baik adalah yang terbuat dari bahan kulit dan diujungnya
terdapat besi plat pelindung. Ini berguna untuk melindungi kaki dari kejatuhan
benda kerja yang biasanya besi keras, berat, dan mungkin tajam.
Maskers
Berguna untuk menutup mulut dan hidung dari asap yang ditimbilkan oleh
mencairnya fluks pada elektroda.
Alat keselamatan kerja las listrik hanyalah salah satu bagian dari sistem
keamanan dan keselamatan kerja. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik
dan kesadaran dalam mematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran
dan keberhasilan pekerjaan.
Sebenarnya ada banyak jenis las listrik, tapi umumnya ini
yang banyak digunakan di indonesia. Jenis las seperti gambar disamping ini
adalah arc welder, yaitu mesin las dengan elektroda sebagai bahan pengisi. Alat
las jenis ini sulit untuk digunakan pada pengelasan besi tipis. Dengan alat las
model ini kamu sudah bisa membuat pagar/kanopi sendiri!
CARA MEMASANG DAN MENGGUNAKAN ALAT LAS
LISTRIK:
§
Pasang clamp massa pada
terminal (-) dan tang pemegang elektroda pada terminal (+).
§
Pilih ampere sesuai benda
kerja yang akan dilas. Semakin besar ampere semakin besar juga panas yang
dihasilkan yang membuat benda kerja mudah bolong.
§
Jeping elektroda pada tang.
§
Sebelum mengelas gunakanlah
kacamata las yang sesuai karena sinar ultraviolet sangat berbahaya untuk mata.
Kacamata las yang benar sangat gelap dan kita tidak bisa melihat apapun keculai
sinar ultraviolet. Workshop Pakeotac menggunakan helm las dengan model
autodarkening sehingga kacamata akan otomatis berubah menjadi gelap apabila ada
cahaya terang saja.
§
Selanjutnya jepit tang massa
pada objek yang akan dilas/sambung.
§
Letakan elektroda pada objek
untuk memulai pengelasan. Pertama-tama mungkin sulit untuk mendapatkan hasil
pengelasan yang bagus, tetapi dengan belajar terus kita akan semakin mahir dan
menjadi terbiasa.
§
Biasanya saat membeli alat
las, kita diberikan alat dengan besi di bagian ujung dan sikat pada bagian
belakang, alat itu berguna untuk memecahkan flux yang membungkus hasil
pengelasan, ketok dan sikat untuk mendapat hasil las yang rapi dan bersih.